Oleh Sri Suyanta Harsa 

sumber ilustrasi: islam.nu.or.id
Muhasabah 22 Syawal 1441
Saudaraku, sebagai tuntutan kemanusiaan, tuntunan kemuliaan dan tatanan peradaban, maka silaturahim dan silaturahmi terus dikaji, didiskusikan, dipraktikkan dan diwariskan antar generasi. Bila tema muhasabah yang baru lalu tentang silaturahim dapat berbuah keberkahan, maka di antara keberkahan itu adalah ukhuwah atau ikatan persaudaraan yang melahirkan kekuatan, yang menjadi tema muhasabah hari ini.

Dalam Islam, di antara kekuatan penting yang harus dimiliki adalah kekuatan iman, kekuatan penguatan ilmu, kekuatan ekonomi, kekuatan  modal sosial, kekuatan berpegang pada akhlaqul karimah, kekuatan beramal shalih dan kekuatan fisik. Dengan kekuatan karena kukuhnya silaturahim seperti ini pada gilirannya dapat memagari sekaligus menangkis segala anasir yang dapat merusak diri, keluarga, bangsa, negara dan Islam sebagai agama. Termasuk menangkis ideologi dan praktik yang kontra dengan nilai-nilai religiusitas Islam, seperti ideologi komunis yang pernah mau dipaksakan menjadi haluan di negeri ini era sebelum dan tahun 1965 oleh Partai Komunis Indonesia.

Karena bersifat laten, maka ideologi komunis dan praktik politiknya bisa  muncul kapan dan di mana saja, apalagi jika para "pembelanya" masih ada. Termasuk akhir-akhir ini yang disinyalir kian santer, dan sistemik, karena diasumsikan telah merangsek ke berbagai lini kehidupan berbangsa dan bernegara. 

Sekali lagi, kita tidak berhadapan dengan para pihak tetapi lebih kepada ideologi dan praktik apapun itu yang kontra dengan religiusitas nilai-nilai Islam yang rahmatan lil 'alamin. Nah, untuk menegakkan kebenaran sekaligus menangkis ideologi dan praktik apapun yang kontra dengan religiusitas nilai-nilai Islam, maka dihajatkan kebersamaan kebersatupaduan seluruh umat Islam di manapun berada.

Kebersatupaduan, keharmonisan hubungan antar orang dalam ragam kepentingan terjadi di antaranya karena adanya kesamaan senasib sepenanggungan, kesamaan kepentingan, juga ide, gerakan, dan tujuannya, maka pertemuan, silaturahim antar pihak menjadi sangat signifikan. 

Betapa pentingnya silaturahim sehingga koordinasi, relasi, dan komunikasi antar satu dengan lainnya dapat dilakukan. Kita mesti menyadari bahwa kejahatan atau kebatilan yang terkoordinir akan dengan mudah mengalahkan kebenaran yang tidak dikoordinasikan satu sama lainnya. Ali bin Abi Thalib mengingatkan,

اَلْحَقُّ بِلاَ نِظَامٍ يَغْلِبُهُ اْلبَاطِلُ بِالنِّظَامِ

“Kebenaran yang tidak diorganisir dapat dikalahkan oleh kebatilan yang diorganisir.”

Dengan demikian kebaikan dan kebenaran harus diperjuangkan secara terorganisir dengan baik, dengan mengikutsertakan seluruh potensi yang dimiliki. Karena koordinasi menghajatkan relasi dan komukasi yang intensif, maka silaturahim antar para pihak yang berkepentingan menjadi niscaya. Bila silaturahim lancar dan berlangsung intensif dan istiqamah, maka seluruh persoalan akan mudah diatasi sehingga cita cinta kemuliaan berorganisasi bermasyarakat berbangsa bernegara dan berislam dapat terealisasi. Aamiin.

Editor: smh
SHARE :
 
Top