Oleh: Nursalmi, S.Ag

Alhamdulillah kita berada di bulan Zulhijjah, salah satu bulan mulia dari empat bulan yaitu Zulqa’idah, Zulhijjah, Muharram dan Rajab. Terdapat banyak keutamaan di bulan ini: pahala ibadah dilipatgandakan, khususnya pada sepuluh hari pertama sangat dicintai Allah Swt. 

Keutamaan yang lain,  adanya ibadah haji dan kurban yang hanya bisa dilakukan dalam bulan Zulhijjah. Ritual ibadah haji dan kurban  merupakan usaha perjuangan keluarga Nabi Ibrahim dalam ketaatannya kepada Allah Swt, sehingga bisa menjadi teladan bagi seluruh keluarga muslim setelahnya dalam membentuk keluarga yang bertakwa. 

Miris hati kita melihat kondisi keluarga muslim saat ini, dengan gaya hidup hedonisme dan materialistik, menganggap bahwa kesenangan dan kebahagiaan merupakan tujuan hidup, bereforia mencari kesenangan dunia. Seks bebas dan pesta narkoba merajalela di kalangan remaja. Kondisi ekonomi yang semakin sulit karena terbatasnya lapangan kerja, bahkan banyaknya PHK di masa pandemi ini, yang mengakibatkan meningkatnya kasus KDRT, sehingga tingkat perceraian pun semakin tinggi. 

Timbul tanda tanya mengapa semua ini bisa terjadi? Jawabannya: karena manusia saat ini sudah jauh dari agama, tidak lagi mengikuti petunjuk Allah Swt dalam kehidupannya. Baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat maupun negara  jauh dari ketaatan kepada-Nya. Tidak lagi menjadikan Al-Quran dan As-Sunnah sebagai pedoman. Tidak  menjadikan kisah para Nabi dan Rasul sebagai suri teladan dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat. Ayah yang kurang bertanggung jawab terhadap keluarga, hilangnya peran ibu sebagai ummun wa rabbatul bait, ditambah lagi dengan sistem pendidikan yang materialistik dan sekuleristik. 

Untuk memperbaiki kondisi keluarga muslim saat ini, kita harus kembali kepada Islam, karena Islam memberikan solusi dalam setiap problem. Kita harus kembali mempelajari dan mengamalkan Al-Quran dan Sunnah. Taat pada syariat-Nya sesuai dengan tuntunan Rasul-Nya. Kita harus belajar dari kisah para Nabi dan Rasul, salah satunya belajar dari keluarga Nabi Ibrahim, yang seluruh anggota keluarganya bertakwa kepada Allah Swt secara totalitas. Nabi Ibrahim adalah seorang ayah yang bertakwa. 

Siti Hajar seorang istri  yang taat kepada suami dan bertakwa kepada Allah. Beliau ikhlas menerima ketika Nabi Ibrahim meninggalkannya beserta bayinya di sebuah lembah di tengah padang pasir, yang tidak ada seorang pun manusia dan tidak ada apapun disana. Beliau meyakini bahwa itu perintah dari Allah yang harus ditaati, dan berserah diri kepada-Nya, pasti Allah tidak akan mengabaikan mereka. 

Siti Hajar juga seorang ibu yang menjalankan perannya sebagai ummun wa rabbatul bait, merawat, membesarkan dan mendidik Ismail seorang diri tampa suami, sehingga Ismail menjadi anak yang shalih dan bertakwa sampai menjadi seorang Rasul. 

Alangkah besarnya kualitas iman dan takwa keluarga Nabi Ibrahim. Mereka taat pada perintah Allah, walaupun perintah itu sangat berat untuk dilakukan, namun tetap ditaati. Ketika Allah memerintahkan Ibrahim untuk berkurban menyembelih anak semata wayangnya, buah hati yang  sekian lama ditunggu-tunggu, baru diperoleh saat usianya  sangat tua, namun Nabi Ibrahim ikhlas melaksanakannya. 

Ismail pun tidak menolak ketika Ibrahim meminta pendapatnya tentang perintah itu. Ismail dengan penuh ketaatan menjawab, lakukan apa yang diperintahkan Allah kepadamu wahai abati. Siti hajar  ikhlas mengizinkan anak yang sangat dicintainya untuk disembelih atas perintah  Allah. 

Pelajaran yang dapat kita ambil disini adalah saat iman sudah kuat, takwa  semakin meningkat, taat terhadap perintah-Nya sekalipun pada hal-hal yang berat. Bertekat menyerahkan diri sepanuhnya kepada-Nya, Allah tidak membiarkan Ismail disembelih, tetapi menggantikannya dengan seekor kibas. Allah hanya menguji keimanan Ibrahim. 

Oleh karena itu, mari kita mengokohkan keluarga kita khususnya dan keluarga muslim pada umumnya agar senantiasa berpegang teguh pada syariat Islam. Tingkatkan kualitas ketaqwaan kepada Allah Swt secara totalitas, laksanakan segala perintah dan tinggalkan semua larangan-Nya, agar Allah memberikan solusi dalam setiap probema yang kita hadapi, sesuai dengan janji-Nya dalam Al-Quran: 

“Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya, dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya”. (QS. Ath-Thalaq: 2-3). 

Semoga kita mampu meneladani keluarga Nabi Ibrahim dalam membina rumah tangga, agar keluarga kita menjadi sakinah mawaddah wa rahmah yang bertakwa kepada Allah Swt.

Editor: smh
SHARE :
 
Top