Oleh: Juariah Anzib, S.Ag

Kami mengunjungi sebuah masjid tua yang  terletak di Indrapuri, Ahad 8 November 2020 lalu, tepatnya di Gampong Pasar Indrapuri, Kecamatan Indrapuri, Kabupaten Aceh Besar. Masjid tersebut berdiri dengan kokoh sejak ratusan tahun silam. Seluruh bangunan berkonstruksi kayu yang sangat kuat. Atapnya berbentuk piramida, atau istilah bahasa Aceh Tampong Limong, yang merupakan ciri khas bangunan tradisional Aceh. Tembok-tembok seperti benteng pertahanan. Menurut sejarah, benteng-benteng tersebut tempat pertahanan rakyat Aceh ketika berjuang melawan penjajahan memperebutkan kemerdekaan. 

Bangunan yang indah dan unik dengan model kuno, sudah sekian lama masih berdiri dengan megah. Masjid yang nampaknya tidak begitu luas, namun di dalamnya memiliki keunikan yang mengagumkan. Keindahan bentuk yang alami dan kenyamanan ketika berada di dalam masjid, membuat siapa pun yang masuk dan beribadah di sana, mendapatkan kenikmatan tersendiri, hingga timbul kekusyukan saat beribadah. 

Di depan pintu masuk masjid, terdapat kolam tempat penampungan air. Kolam itu digunakan pengunjung dan jamaah untuk membasuh kaki sebelum masuk masjid. Juga sebagai tempat pengambilan air wuduk ketika akan melaksanakan shalat. Kesucian masjid dijaga dengan baik, karena hal itu merupakan salah syarat sahnya shalat.                

Di dalam masjid terdapat lemari besar yang berisi buku-buku sejarah, kitab-kitab, dan Alqur'an. Bagi yang berkunjung kesana, sambil beribadah bisa menyempatkan diri  membaca buku, selain membaca Alquran, yang merupakan bagian ibadah.  Di lantai dua, ada sebuah Bale. Disitu  terletak benda tua yang terbuat dari kayu berbentuk lonceng bergantung di dekat dinding. Benda tersebut dulu digunakan sebagai alat komunikasi untuk menginformasikan sesuatu peristiwa kepada masyarakat. Cuma sayang kurang terurus, hingga nampak kotor. 

Konon cerita bangunan masjid tersebut dibangun dari campuran pasir dengan telur ayam sebagai perekat, karena ketika itu belum ada semen. Telur-telur tersebut hasil swadaya masyarakat Aceh yang disumbangkan secara suka rela untuk berdirinya bangunan dan benteng tersebut. Namun menurut jurnalis Raiful Mudassir, sesuai informasi pengurus masjid, bahan bangunan yang digunakan terdiri dari campuran tanah liat dengan pasir.

Menurut sejarah, masjid tuha ini ternyata berasal dari bangunan bersejarah bekas istana dan candi kerajaan Hindu Lamuri pada abad ke 12 Masehi. Tepatnya sebelum Islam masuk ke Aceh. Setelah masuknya Islam, bangunan tersebut diruntuhkan. Di atas reruntuhan tersebut, didirikan bangunan sebagai masjid tempat beribadah umat Islam. Karena itu bentuknya seperti bangunan candi berbentuk bujur sangkar. Candi merupakan rumah suci agama Hindu dan tempat pemujaan sebelum masuk agama Islam. Menurut informasi, masjid tuha Indrapuri ini, merupakan salah satu bangunan kuno yang tertua di Aceh.

Raiful Mudassir menulis, masjid tuha Indrapuri diperkirakan dibangun pada 1207 Hijriah atau 1618 Masehi. Sebuah riwayat menyebutkan,  masjid ini dibangun oleh Sultan Iskandar Muda yang memimpin kesultanan Aceh pada 1607-1636 Masehi.

Dengan sering mengunjungi tempat-tempat bersejarah seperti ini, kita dapat mengenang dan mengingat kembali masa-masa sebelum Indonesia merdeka. Mengetahui sejarah masuknya Islam ke Indonesia dan Aceh khususnya. Seharusnya  anak-anak mengetahui sejarah perjuangan bangsa Aceh dalam memperjuangkan kemerdekaan. Aceh merupakan salah satu benteng pertahanan terkuat ketika melawan penjajah. Aceh juga daerah pertama masuknya Islam ke Indonesia hingga digelar dengan sebutan Serambi Mekah. 

Bagi para pendidik, hendaknya membiasakan mengajak peserta didik mengunjungi tempat-tempat bersejarah seperti masjid ini, sebagai pengalaman yang bermakna bagi mareka. Menjadi suatu pembelajaran untuk mengenal sejarah masa lampau yang penuh arti.      

Dengan begitu, akan tumbuh semangat perjuangan untuk mempertahankan dan mengisi kemerdekaan yang telah diperjuangkan mujahidin Aceh. Mengetahui pula bagaimana para ulama mendakwahkan Islam ke Aceh dan Indonesia pada umumnya.                    

Dua tugas besar yang selalu seiring dan sejalan, yaitu mendakwahkan Islam dan memperjuangkan  kemerdekaan Indonesia. Keduanya tak dapat dipisahkan, sambil berdakwah menyiarkan Islam, mareka juga berjuang mengusir penjajah dari bumi tercinta. Berabad-abad  lamanya Indonesia menderita akibat dijajah oleh Belanda dan Jepang, hingga timbul  semangat mengusirnya dan melepaskan diri dari penderitaan yang berkepanjangan. Karena, kita juga berhak untuk merdeka.

Belajar bukan hanya di sekolah saja, tetapi belajar di luar ruang, dapat meningkatkan semangat peserta didik dengan  suasana berbeda. Membiarkan mareka mencari informasi sendiri tentang  hal yang belum diketahuinya, dengan  menyaksikan  sendiri secara langsung apa yang seharusnya mareka ketahui. Salah satunya dengan metode berkunjung ke tempat-tempat tertentu untuk melihat secara langsung agar lebih terkesan. Misalnya berkunjung ke Masjid Tuha Indrapuri. Kewajiban guru mengajari anak dengan berbagai upaya, agar mareka pintar, kreatif dan mampu belajar dari sejarah bangsanya.

Penulis,  Koordinator Kesiswaan MIN 11, Aceh Besar

SHARE :

0 facebook:

Post a Comment

 
Top