Oleh: Ust. Afrizal Sofyan, SPd.I, M.Ag 

Anggota MPU Aceh Besar


Kenikmatan yang Allah berikan kepada manusia tidak akan pernah bisa terhitung, bahkan tidak bisa ditandingi dengan materi yang dimiliki manusia. Salah satu wujud syukur yang bisa dilakukan ialah dengan berqurban.

Allah Swt memberikan manusia nikmat yang banyak. Ini sesuai dengan Al-Qur’an surat Al-Kautsar, yang berarti banyak dan tak terhingga. Kenikmatan yang Allah berikan tak akan mampu ditandingi dengan materi dan amal yang manusia lakukan.

Pada ayat pertama surat ini,  al-Kautsar,  dimaknai dengan nikmat yang banyak diantaranya telaga atau sungai yang Allah Swt berikan kepada Rasulullah saw sebagai syafaat untuk umatnya pada hari kiamat.

Pada ayat kedua, Allah Swt menjelaskan cara mendapatkan telaga Rasulullah saw tersebut dengan perintah Allah Swt fashalli  dan anhar.  Di antara mufassirin mengartikan kata fashalli dengan berdoa, mendirikan shalat lima  waktu, mengerjakan shalat Idhul Adha.  Ada juga yang mengartikan dengan melaksanakan ibadah kepada Allah Swt.

Adapun cara kedua adalah wanhar, “Berqurbanlah pada hari raya Idul Adha (yaumun nahr)”.  Makna ini diriwayatkan dari ‘Ali bin Abi Thalhah dari Ibnu ‘Abbas, juga menjadi pendapat ‘Atha’, Mujahid dan jumhur (mayoritas) ulama.

Selanjutnya kita bahas ayat ketiga, “Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu (Muhammad saw) dialah yang terputus”.

Makna ayat

Kata syani’aka berasal dari kata syana’aan) yang artinya kebencian. Kata ini digunakan untuk menunjukkan kebencian yang bukan pada tempatnya dan yang lahir dari iri hati. 

Tafsir Al-Maraghi berpendapat, bahwa kebencian yang dimaksud dalam ayat ini adalah kebencian kepada Rasulullah saw dalam dua hal, pertama, kebencian kepada ajaran-ajaran yang dibawa oleh Rasulullah saw, dan kedua, kebencian kepada pribadi Rasulullah saw.   

Adapun kata  al-Abtar  dari kata batara berarti putus atau terputus sebelum sempurna. Kalau disandarkan kepada hewan berarti terputus ekornya  dan bila ditujukan kepada seorang lelaki, biasanya diartikan yang terputus keturunannya.  

Kata ini bisa juga dalam makna umum terputus dari semua kebaikan dan keberkahan. Makna ini disandarkan kepada hadits Rasulullah saw dari sahabat Abu Hurairah, “Setiap perkataan atau urusan penting yang tidak diawali dengan zikir kepada Allah Swt, maka dia menjadi abtar (terputus dari kebaikan dan keberkahan). (HR Ahmad, Abu Daud dan Ibnu Majah)

Tafsir surat al-Kautsar

Surat Al-Kautsar adalah surat yang menjelaskan, bahwa Allah memberikan nikmat yang banyak kepada Rasulullah saw. Di antara nikmat yang banyak itu, Allah memberikan keturunan yang banyak kepada Rasulullah dan telaga Kautsar di hari kiamat kelak.

Surat ini memberikan arahan (taujih Rabbani) agar Rasulullah saw mensyukuri nikmat itu dengan cara berdoa, mendirikan shalat, beribadah kepada-Nya dan berqurban. Semua ibadah itu dikerjakan semata-mata karena Allah Swt dan berqurban semata-mata karena Allah Swt.

Surat ini juga merupakan mukjizat yang menjadi bukti kebenaran Rasulullah saw. Bahwa siapapun yang membenci Rasulullah, dia akan terputus dari kebaikan, keberkahan dan rahmat Allah Swt. Di dunia mereka terputus dari rahmat dan keberkahan dari Allah Swt, sedangkan di akhirat kelak mereka tidak bisa minum dari telaga kautsar.

Aplikasi surat al-Kautsar

Kenikmatan yang Allah berikan kepada manusia tidak pernah bisa terhitung, bahkan tidak bisa ditandingi dengan materi yang dimiliki manusia. Salah satu wujud syukur yang bisa dilakukan ialah dengan berqurban.

Kenikmatan yang Allah berikan dalam berbagai bentuk seperti kesehatan, kebahagiaan, fasilitas dalam hidup, dan masih banyak lainnya. "Dalam surat An-Nahl ayat 18 disebutkan, “Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, Allah benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang." 

Salah satu contoh nikmat Allah yang tidak akan bisa ditandingi dengan materi yang kita punya ialah kesehatan. Misalnya, seseorang memiliki sakit ginjal dan terpaksa berobat ke berbagai negara, tapi tak membuahkan hasil, jika pun ada harganya akan sangat mahal.

Untuk mendapatkan kesehatan saja begitu mahal, baru ginjal saja sudah harus mengeluarkan ongkos berobat yang sebegitu banyak. Itu ginjal, bagaimana dengan organ lain yang Allah Swt ciptakan dalam keadaan sehat.

Untuk itu, sebagai salah satu bentuk rasa syukur atas nikmat yang Allah swt  berikan, manusia diperintahkan untuk beribadah dan berqurban, karena keduanya merupakan amalan yang sangat dianjurkan di antara amalan-amalan lainya tatkala masuk bulan Zulhijjah.

Berqurban karena iman 

Berqurban atau menyembelih hewan untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt pada Hari Raya Idul Adha sangat dianjurkan bagi seorang muslim. Namun, tidak semua umat muslim bisa berqurban, karena ada anggapan bahwa hanya orang mampu yang bisa melakukan qurban. “Kalau saya kaya, maka saya akan berqurban,” katanya.

Seorang mukmin harus meyakini, berqurban salah satu jalan untuk mendapatkan ridha dan rahmat Allah Swt. Dengan demikian, tidak ada alasan bagi seorang muslim untuk tidak melakukan qurban. Pada saat seorang muslim tidak memiliki apa-apa, namun melakukan qurban, maka Allah Swt akan membalasnya dengan karunia yang lebih besar. 

Di antara karunia dan manfaat yang akan diperoleh oleh orang yang berqurban adalah menambah rasa syukur dan cinta kepada Allah Swt, memupuk rasa peduli sesama, dan bekal di hari akhir. Manfaat lainnya, mendapatkan ampunan Allah Swt, mensucikan harta dan jiwa, mendapat kemudahan di hari akhir, dapat mempererat silaturahmi antar sesama, hidup menjadi lebih berkah, sekaligus meneladani Nabi Ibrahim as dan Nabi Muhammad saw.

Ancaman bagi yang mampu 

Ibadah berkurban adalah satu di antara ibadah yang disukai dan dimuliakan oleh Allah Swt. Bagi mereka yang mampu, berkurban tak hanya menjadi momen berbagi, namun dengan berkurban, berarti  telah membersihkan harta dari yang bukan haknya, sekaligus menyucikan jiwa dari penyakit hati, seperti pelit dan dengki. 

Para ahli tafsir mengartikan kata abtar terputus dari semua kebaikan dan keberkahan. Artinya terbuka makna yang sangat luas bagi orang yang seharusnya berqurban, namun tidak menunaikannya, akan terputus dari kebaikan dan keberkahan dari Allah Swt dalam hidupnya. 

Rasulullah saw menceritakan kisah tiga  orang Bani Israil di depan para sahabat. Hadits dari Abu Hurairah ra dan diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dengan sanad yang shahih, bahwasannya ada tiga orang dari Bani Israil; yang berpenyakit sopak (belang kulitnya), botak, dan buta. Ketiga orang ini terhina dengan kemiskinan dan penyakit yang mereka derita. Kemudian Allah Swt hendak menguji mereka, lalu Allah Swt mengutus seorang Malaikat kepada mereka. Malaikat itu mendatangi orang yang sopak lalu bertanya, "Apa yang paling engkau inginkan?" Orang itu menjawab, "Warna yang indah dan kulit yang bagus serta hilangnya penyakit yang kuderita yang membuat orang-orang menjauhiku." Lantas Malaikat itu mengusapnya lalu lenyaplah penyakit tersebut dan ia diberi warna yang indah dan kulit yang bagus.  Malaikat bertanya, "Apa harta yang paling engkau senangi?" Orang itu menjawab, "Unta atau sapi." Lalu dia diberikan  unta yang bunting sepuluh bulan. Malaikat berkata, "Semoga Allah memberimu keberkahan dalam unta ini.”

Kemudian Malaikat itu mendatangi orang botak lalu bertanya, "Apa yang paling kau senangi?" Orang itu menjawab, "Rambut indah dan hilangnya penyakit yang membuat orang-orang menjauhiku." Malaikat itu mengusapnya, lalu hilanglah penyakitnya dan ia dianugerahi rambut yang indah. Malaikat bertanya, "Apa harta yang paling engkau sukai?" Orang itu menjawab, "Sapi atau unta." Lantas ia diberi seekor sapi bunting. Malaikat juga berdoa, "Semoga Allah memberimu keberkahan dalam sapi ini." 

Malaikat itu mendatangi orang buta lalu bertanya, "Apa yang paling engkau senangi?" Orang itu menjawab, "Allah mengembalikan pandanganku sehingga aku bisa melihat manusia." Dia pun mengusapnya lalu Allah mengembalikan pandangannya kepadanya. Malaikat bertanya, "Apa harta yang paling engkau inginkan?" Orang itu menjawab, "Kambing." Orang itu pun dikaruniai kambing yang tengah mengandung. 

Seiring waktu, ketiga orang ini menjadi orang yang kaya baru dengan unta, sapi dan kambing. Mereka masing-masing memiliki satu lembah hewan ternak yang Allah Swt karuniakan kepada meraka. 

Kemudian Rasulullah melanjutkan cerita itu. Allah Swt kembali mengirim Malaikat kepada mereka dalam bentuk manusia yang miskin yang lelah setelah menempuh perjalanan yang panjang dan mendatangi mereka, yang pertama pemilik unta sambil berkata, ” Aku adalah lelaki miskin yang kehabisan bekal di tengah perjalanan. Sampai hari ini tidak ada yang memberi pertolongan kepadaku kecuali dengan pertolongan Allah kemudian dengan pertolonganmu. Aku memohon kepadamu atas nama Żat yang telah memberimu warna yang indah dan kulit yang bagus serta harta. Aku minta seekor unta untuk bekal melanjutkan perjalananku."

Orang itu menjawab, "Keperluan-keperluanku masih banyak sekali, dan jika engkau mau, setiap untuk itu ada harganya." Malaikat itu kembali mengingatkan sambil bertanya, "Kalau tidak salah, aku mengenalmu. Bukankah engkau dahulu seorang yang berpenyakit sopak yang dijauhi manusia? Dulu, engkau miskin lalu Allah memberimu harta?" Orang itu menjawab, "Harta ini warisan dari nenek moyangku." Malaikat tersebut berkata, "Jika engkau berdusta, semoga Allah mengembalikanmu kepada keadaanmu semula." Ternyata orang ini berbohong dan Allah kembalikan dia seperti semula miskin, terhina dengan penyakit kulitnya dan dijauhi oleh orang ramai. Begitupun selanjutnya Malaikat mendatangi orang yang botak dengan mengajukan pertanyaan yang sama dan Bani Israil yang dulunya botak itu menjawab hampir sama dengan jawaban sebelumnya. Dan dia pun kembali miskin, botak  dan terhina. 

Namun kondisi yang berbeda, tatkala Malaikat menjumpai orang yang buta dan mengajukan permohonan yang sama, orang yang buta itu menjawab,  "Dulu aku buta lalu Allah Swt mengembalikan pandanganku, dulu aku miskin tidak punya apa-apa, lalu Allah berikan kambing yang begitu banyak, sekarang ambillah (kambing-kambing itu) sesukamu dan sisakan sesukamu. Demi Allah, sekarang aku tidak akan memberatkanmu dengan sesuatu yang engkau ambil karena Allah." Malaikat itu berkata, "Peganglah dan peliharalah hartamu. Semoga Allah Swt memberkahimu, sesungguhnya kalian telah diuji dan Allah telah meridhaimu dan murka kepada dua sahabatmu (si sopak dan si botak)." 

Dari kisah tiga orang Bani Israil tersebut menunjukkan, proses kehidupan manusia berangkat dari tidak memiliki apa-apa, terhina dengan berbagai kondisi, dan Allah Swt berikan nikmat-Nya yang melimpah, sehingga menjadi mulia dan jauh dari kehinaan. Namun, Allah Swt akan menguji manusia dengan apa yang telah diberikan kepadanya. 

Orang buta di atas telah menunjukkan, bahwa dia mensyukuri nikmat yang diberikan Allah Swt kepadanya dengan membelanjakan hartanya di jalan Allah Swt, Allah Swt berikan keberkahan kepadanya dan dalam hartanya. Sementara dua orang lagi tidak mau bersyukur atas nikmat yang Allah Swt berikan kepada mereka, sehingga terputus dari kebaikan dan keberkahan.

Jadi sudah sepantasnya seorang muslim yang beriman ketika diberikan nikmat hidup untuk selalu bersyukur kepada Allah Swt dengan menunaikan perintah dan membelanjakan hartanya di jalan Allah. 

Akhirnya, kita memohon kepada Allah, agar diberi kekuatan dan taufiq-Nya supaya kita bisa mengisi sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah dengan amal-amal saleh di antaranya berqurban dan diterima oleh Allah sebagai pemberat timbangan kebaikan di yaumil hisab kelak. (Editor: smh) 

Disampaikan pada khutbah Jum’at di Masjid At-Taqwa Bireun, 1 Juli 2022/2 Zulhijjah 1443 H

SHARE :

0 facebook:

Post a Comment

 
Top