Afrizal Sofyan, S.PdI, M.Ag 
Anggota Mejelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh Besar 


Kabarnanggroe.com, Yaumul Mahsyar secara sederhana bisa diartikan sebagai hari penantian. Inilah momen seluruh insan bangkit dari kubur, lalu digiring ke Padang Mahsyar dan menanti pengadilan Allah Swt. Mereka dikumpullkan di Padang Mahsyar, suatu tempat yang teramat luas, mampu menampung setiap individu yang pernah terlahir ke dunia dan tidak ada tempat untuk bernaung. Bagaimana gambaran Padang Mahsyar dan kondisi manusia ketika itu?

Diskripsi Pandang Mahsyar

Dalam kitab Syarhu Lum’at at I’tiqad, Syaikh Ibnu ‘Utsaimin menjelaskan, gambaran Yaumul Mahsyar dengan menguraikan beberapa hadist Rasulullah saw yang terkait dengannya. Diantaranya Rasulullah saw menggambarkan tanah di Padang Mahsyar adalah tanah yang rata, belum ditempati seorangpun. Sabda Rasulullah saw, ”Pada hari Kiamat, manusia dikumpulkan di atas tanah yang rata seperti roti putih yang bundar dan pipih; tidak ada tanda untuk seorangpun. (HR Muslim dan dalam riwayat al Bukhari: Sahl atau yang lainnya berkata: “Tidak ada tanda bekas bagi seorangpun”)

Seluruh manusia akan dikumpulkan di Padang Mahsyar dalam keadaan berdiri selama empat puluh tahun. Rasulullah saw menjelaskan, ”Allah Swt mengumpulkan semua manusia dari yang pertama sampai yang terakhir pada waktu hari tertentu dalam keadaan berdiri empat puluh tahun. Pandangan-pandangan mereka menatap (ke langit), menanti pengadilan Allah Swt. (HR Ibnu Abi ad Dunya dan ath Thabrani)

Rasulullah saw juga menjelaskan, waktu lama tersebut terasa sebentar bagi orang yang beriman, ketika Allah Swt berfirman, “(Yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Rabb semesta alam”. (QS al Muthaffifin: 6). Rasulullah saw merincikan, waktunya seukuran setengah harinya (yaumul kiamah) setara dengan lima puluh ribu tahun tersebut, “Yang demikian itu (sangatlah) mudah (ringan) bagi orang mukmin, seperti matahari menjelang terbit sampai terbit. (HR  Abu Ya’la dengan sanad shahih)

Di Padang Mahsyar matahari sangat dekat dari manusia, sehingga manusia berkeringat. Keringat tersebut menenggelamkan manusia sesuai dengan amalan masing-masing ketika di dunia. Sebagaimana Rasulullah saw jelaskan dalam hadist al Miqdad bin al Aswad r.a yang diriwayatkan Imam Muslim, Rasulullah Saw bersabda: “Pada hari kiamat, matahari akan mendekat (kepada) makhluk (manusia) hingga jaraknya dari mereka seperti ukuran satu mil”.

Sulaim bin ‘Amir berkata, ”Demi Allah! Aku tidak mengerti yang dimaksud dengan satu mil tersebut, apakah ukuran dunia ataukah mil yang digunakan sebagai alat celak mata?” Beliau berkata: “Sehingga manusia berada sesuai dengan ukuran amalannya dalam keringatnya. Ada di antara mereka yang keringatnya sampai kedua mata kakinya. Ada yang sampai kedua lututnya dan ada yang sampai pinggangnya, serta ada yang keringatnya menenggelamkannya. Dan Rasulullah Saw memberikan isyarat dengan tangannya ke mulut beliau”.

Syekh Ibnu ‘Utsaimin dalam Syarhu al ‘Aqidah al Wasithiyah menjelaskan, makna satu mil itu adalah melambangkan sangat dekatnya matahari dengan manusia di Padang Mahsyar.

 Kondisi Manusia di Padang Mahsyar

 Al Hafizh Ibnu Hajar al Asqalani dalam kitabnya Fathul Bari Syarah Shahih al Bukhari menjelaskan, kondisi manusia di Padang Mahsyar disamping berkeringat yang membanjiri mereka, yaitu:

Pertama, Ramai dan Padat Manusia

 Pada hari itu, manusia dan jin dengan jumlah yang tak terhitung banyaknya, akan digiring berbondong-bondong menuju Padang Mahsyar. Sebagaimana Allah Swt menjelaskan, ”Pada hari mereka keluar dari kubur dengan cepat seakan-akan mereka pergi dengan segera kepada berhala-berhala (sewaktu di dunia). (QS  Al-Ma’arij: 43). “Sambil menundukkan pandangan-pandangan mereka keluar dari kuburan seperti belalang yang berhamburan”. (QS  Al-Qamar: 8)

Kedua, Sibuk dengan Diri Sendiri

 Orang-orang yang semasa hidup saling berteman dengan baik, berbagi cinta kasih, begitu memasuki Padang Mahsyar, semua seolah tidak pernah saling mengenal sedikit pun. Huru-hara yang terjadi pada masa itu amatlah dahsyat, sehingga membuat manusia tidak sempat memikirkan sesamanya. Hal ini Allah Swt gambarkan dalam surat Abasa ayat 34-37, “Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya”.

Ketiga, Rasa Takut yang Mencekam  

Dengan keadaan huru-hara, semua manusia dikumpulkan pada satu tempat tanpa saling mengenal dan peduli satu sama lain, muncul ketakutan yang mencekam.

 Setiap orang memiliki nasib berbeda tergantung amal perbuatan masing-masing. Dalam diri mereka terus dihantui oleh perasaan, apakah akan mendapat perlindungan (syafaat), atau justru siksaan dengan penantian yang panjang.  Rasa takut terus bertambah karena Allah Swt menampakkan neraka di hadapan mereka dengan ditarik oleh para Malaikat. Rasulullah saw bersabda, “Pada hari kiamat nanti neraka jahanam akan dibawa dengan 70 ribu tali penarik dan setiap tali itu ditarik oleh 70 ribu Malaikat”. (HR  Muslim)

Keempat, Mencari Syafaat Kubra

Peristiwa di Padang Mahsyar sangatlah dahsyat, sehingga  setelah mencapai puncaknya, manusia mencari orang yang dapat memberikan syafaat, agar Allah Swt mempercepat keputusanNya. Setiap umat mengikuti nabinya. Dijelaskan dalam hadist dari sahabat Ibnu ‘Umar r.a, “Sungguh pada hari kiamat, manusia menjadi berkelompok-kelompok. Setiap umat mengikuti nabi mereka.” (HR al Bukhari).

Akhirnya, manusia berusaha menemui nabi Adam a.s, nabi Nuh a.s, nabi Ibrahim a.s, nabi Musa a.s dan nabi Isa a.s untuk dapat memintakan syafaat kepada Allah Swt, tetapi mereka semua menolak, hingga akhirnya manusia menemui Rasulullah Saw. Dan Rasulullah saw pergi mendatangi Allah Swt di bawah Al ‘Arsy, lalu bersujud kepada Rabb, kemudian Allah Swt membukakan dan mengilhamkan kepadanya sesuatu dari puja dan pujian indah yang tidak diberikan kepada selain dirinya sebelumnya.

Kemudian ada yang berkata, “Wahai Muhammad! Bangunlah! Mintalah, niscaya diberi dan mohonlah syafaat, niscaya dikabulkan,  maka beliaupun bangun dan berkata: “Wahai Rabb-ku! Umatku, umatku!” (HR al Bukhari dan Muslim).

Kelima, Ada yang Mendapatkan Naungan Allah Swt

Di Padang Mahsyar yang sangat mencekam tersebut, ada beberapa orang yang mendapat kemudahan dan naungan dari Allah Swt, sebagaimana disampaikan Rasulullah Saw dalam sabda beliau, ”Tujuh orang yang Allah Swt naungi dalam naunganNya pada hari tidak ada naungan kecuali naunganNya, (yaitu) imam yang adil, pemuda yang berkembang dalam ibadah kepada Allah Swt, seorang yang hatinya bergantung kepada masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah Swt, keduanya berkumpul dan berpisah di atasnya, dan seorang yang diajak seorang wanita pemilik kedudukan dan kecantikan (untuk berzina), lalu (ia) menyatakan “Aku takut kepada Allah Swt”. Juga seorang yang bersedekah lalu menyembunyikannya, hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kanannya  dan seorang yang berzikir kepada Allah Swt dalam keadaan bersendiri, lalu kedua matanya meneteskan air mata. (HR al Bukhari dan Muslim).

Semoga kita termasuk dalam golongan yang mendapatkan naungan Allah Swt di Padang Mahsyar. (editor: smh)

*Teks Khutbah Jumat di Masjid Taqwa Bireuen, 18 November 2022/23 Rabiul Akhir 1444 H  

 

SHARE :

0 facebook:

Post a Comment

 
Top