Oleh: Syahrati, S. HI., M. Si.
Penyuluh Agama Islam Bireuen
Setiap hari kita menyaksikan bagaimana saudara-saudara kita di Palestina bertahan hidup di bawah bayang-bayang penjajahan. Anak-anak kehilangan orang tua, para ibu menahan lapar sambil memeluk anak-anak mereka, rumah-rumah dihancurkan, masjid-masjid dibumihanguskan. Dunia mencatat semua itu, dan dunia menyaksikan bagaimana kezaliman itu terus berlangsung tanpa jeda.Sebagian dari kita mungkin merasa tak berdaya. Kita bukan mujahid di medan perang, kita bukan pula pemimpin negara yang bisa mengubah peta politik dunia. Namun bukan berarti kita tidak bisa berbuat apa-apa. Ada satu medan jihad yang terbuka lebar bagi kita, yaitu menjaga diri agar tidak menjadi bagian dari rantai yang menghidupi penjajahan itu.
Belanja dengan Iman
Pilihan dalam berbelanja hari ini bukan lagi soal kebutuhan semata, namun menjadi bagian dari pernyataan iman dan keberpihakan. Setiap produk yang kita pilih, setiap transaksi yang kita lakukan, setiap uang yang kita keluarkan, punya arah. Di sanalah ujian sejati iman kita, apakah kita tetap tega mengalirkan rupiah kepada perusahaan-perusahaan yang secara nyata mendukung pembantaian saudara seiman kita?
Realita di lapangan kadang membuat hati semakin pilu. Lihatlah berapa panjang antrean penduduk kota Banda Aceh di sebuah gerai makanan internasional yang terafiliasi dengan pendukung zionis. Hanya karena tergoda diskon lima puluh persen, rasa empati itu seolah menguap. Di tengah jeritan anak-anak Gaza yang kelaparan, di tengah runtuhan bangunan yang mengubur keluarga-keluarga Palestina, kita justru merayakan potongan harga dan makan dengan lahapnya.
Godaan diskon dan promo adalah jebakan halus yang dipasang agar umat ini kembali lengah. Musuh tahu, kesadaran umat harus segera dipadamkan sebelum membesar. Maka mereka keluarkan senjata lain dengan iklan yang menggoda, potongan harga besar-besaran, suasana belanja yang penuh euforia. Semua itu bukan tanpa tujuan. Sadarkah bahwa ini bagian dari strategi untuk menahan gelombang boikot yang mulai membesar.
Di sinilah pentingnya keteguhan iman. Jika kita belum mampu mengangkat senjata, jika kita belum punya cukup harta untuk menyumbang, maka minimal kita menahan diri, menahan untuk tidak membeli. Menahan untuk tidak tergoda. Menahan untuk tidak ikut membiayai peluru-peluru yang menembus dada saudara-saudara kita.
Ingat Pesan Rasulullah
Rasulullah SAW telah mengingatkan, bahwa setiap harta akan dimintai pertanggungjawaban. Rasulullah SAW bersabda:
"Tidak akan bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat hingga ia ditanya tentang hartanya: dari mana ia memperoleh dan untuk apa ia membelanjakannya.” (HR. Tirmidzi)
Hadis ini mengingatkan kita bahwa harta yang kita gunakan akan dimintai pertanggungjawaban. Maka, menjadi kewajiban moral bagi setiap Muslim untuk memastikan bahwa belanja kita tidak menjadi alat memperkuat kezaliman.
Ini Jihad Kecil Kita
Saat ini, diam saja sudah cukup berat. Tapi menjadi bagian dari sistem yang menindas, adalah bentuk pengkhianatan. Kita tidak sedang diminta untuk berkorban besar. Kita hanya diminta untuk lebih selektif, untuk lebih sadar, untuk lebih bijak dalam memilih. Belanja dengan iman adalah bentuk jihad kecil di era modern yang menegaskan identitas Muslim sejati.
Bismillah. Mari kita berbelanja dengan iman, mari kita tahan diri dari promo-promo yang menipu nurani. Mari kita sadari bahwa di balik diskon ada air mata yang belum kering, ada darah yang belum berhenti mengalir, ada luka yang terus membiru.
Belanja adalah keputusan kecil yang berdampak besar. Dan setiap keputusan kecil kita hari ini, akan menjadi bagian dari pertanggungjawaban besar di hadapan Allah kelak.
Saat dunia membiarkan mereka sendirian, biarlah kita berdiri teguh di barisan mereka, meski hanya dengan satu pilihan sederhana dengan tidak membeli produk yang mengalirkan dana ke penjajahan.
Karena sejatinya, dalam setiap rupiah yang kita selamatkan dari kezaliman, ada secercah cahaya kemenangan.
AllahuAkbar
0 facebook:
Post a Comment