Lamurionline.com-- Seorang anggota militer Amerika Serikat berpangkat mayor jenderal yang sedang menghadapi tuntutan terkait skandal seks dan minuman beralkohol, akhirnya dipecat dari kedinasannya di US Africa Command.
Mayjen AD Ralph Baker, komandan pasukan gabungan di Tanduk Afrika, resmi dibebaskan dari tugasnya pada 28 Maret 2013. Para pejabat militer mengatakan, alasan pencopotan Baker adalah karena militer AS sudah kehilangan kepercayaan terhadap kemampuan Baker untuk menjadi komandan.
Namun menurut laporan Associated Press yang dikutip Russia Today (5/4/2013), Baker dipecat karena tersangkut kasus pelecehan seksual dan perilaku buruk, yang mana para pejabat dilarang untuk mengungkapkannya ke publik.
Sejak diberhentikan oleh pimpinan US Africa Command Jenderal Carter Ham, Baker sudah kembali ke Washington DC, di mana dia melakukan tugas sementara sebagai asisten khusus wakil pimpinan Angkatan Darat AS. Posisi asisten khusus semacam itu seringkali diisi oleh para perwira tinggi berpangkat jenderal yang sedang menjalani pemeriksaan tindak kriminal, atau mereka yang menunggu lowongan di tempat tugas baru.
Baker sudah menggugat pencopotannya ke Menteri Pertahanan Chuck Hagel, dengan harapan bisa ditempatkan lagi di Afrika. Para pejabat yang tidak mau disebutkan namanya dan tahu mengenai kasus Baker, kepada Associated Press mengatakan, gaji Baker sudah dipotong dan hal ini juga menjadi materi banding yang diajukan Baker. Para pejabat itu yakin, Hagel kemungkinan lebih cenderung memberikan hukuman finansial kepada Baker, tetapi pada saat yang sama sepertinya tidak mungkin akan membatalkan keputusan yang sudah dikeluarkan Jenderal Ham, yang merupakan komandan senior atasan Baker.
Sejak bulan Mei lalu, Baker ditugaskan sebagai pimpinan satuan tugas yang berlokasi di Kamp Lemmonier di Djibouti.
Jenderal bermasalah
Berbagai kasus menjerat para petinggi militer Amerika Serikat yang bertugas di Komando Afrika.
Sebelumnya, pendahulu Ham, Jenderal AD William 'Kip' Ward diturunkan pangkatnya dari bintang empat menjadi bintang tiga. Pasalnya, pihak penyelidik mendapati Ward menyalahgunakan uang negara dan “hidup bermewah-mewahan.”
Namun, yang paling banyak adalah kasus yang berkaitan dengan hasrat seksual para personel militer AS, sebuah masalah umum yang kerap dikeluhkan oleh wakil-wakil rakyat di parlemen.
Bulan lalu contohnya, para korban pelecehan seksual oleh para petinggi militer bersaksi di sidang komite Senat AS. Salah seorang korban, mantan sersan AD Rebekah Havrilla mengatakan, pemerkosanya tidak pernah menghadapi tuntutan hukum, meskipun pelaku mengambil gambar foto saat dirinya diperkosa dan menggunggahnya ke situs pornografi.
“Sistem peradilan kriminal militer bobrok,” kata Havrilla di depan para wakil rakyat.
Penelitian oleh Departemen Urusan Veteran tahun 2012 menemukan, hampir separuh dari semua wanita AS yang ditugaskan ke Iraq dan Afghanistan mengatakan bahwa mereka dilecehkan secara seksual. Bahkan hampir seperempatnya mengaku mengalami serangan seksual.
Baker hanyalah satu dari sekian banyak kasus terbaru para perwira militer AS yang diberhentikan dari jabatannya atau sedang dibawah penyelidikan karena perilaku bejat seksualnya.
Kasus pelanggaran seksual di kalangan miiter Amerika Serikat pertahun jumlahnya mencapai belasan ribu. Namun, sebagian besar tidak diproses hukum dan bahkan ditutup-tutupi oleh atasan pelaku. Seperti kasus Letjen AU Craig Franklin misalnya, yang membatalkan hukuman atas pelaku kejahatan seksual di lingkungan angkatan udara Letkol James Wilkerson. Tindakan Franklin yang melindungi anak buahnnya itu menimbulkan kemarahan para wakil rakyat. [Baca juga berita sebelumnya: Ribuan Kejahatan Seksual Militer Amerika Tidak Diproses Hukum]
Hagel belum lama ini memerintahkan agar keputusan Franklin dikaji ulang, namun dia belum membuat pernyataan terkait kasus Baker.*Hidayatullah.com
SHARE :
 
Top