Media sosial (medsos) bukan hanya digunakan untuk pertemanan, membangun jaringan dan marketing produk/jasa. Belakangan ini, medsos dimanfaatkan oleh pekerja Islam untuk berdakwah: menyampaikan pesan- pesan Islam. Menyebarkan berbagai i n f o r m a s i a k t i v i t a s I s l a m , mengkomunikasikan keunggulan Islam dibandingkan ajaran lain, bahkan menetralisir hal-hal negatif yang disebarkan “pembusuk” Islam dan umatnya. Kalau kita mau jujur, umat Islam belum maksimal memanfaatkan medsos untuk kepentingan dakwah. 

Informasi di medsos masih didominasi jahiliahisme, sekularisme dan maksiatisme. Bahkan ada kalangan Islam yang menilai, medsos tidak bisa dipertanggungjawabkan sebagai media dakwah, sebab riskan bercampur aduk dengan pesan-pesan mungkar. Banyak pornografi dan membuang-buang waktu di internet. Terlepas prokontra dikalangan pegiat dakwah tentang manfaat medos, saya kira, medsos dapat digunakan tak sekadar untuk silaturrahim. Ia bisa digunakan sebagai media yang tepat dan efektif untuk berdakwah. “Karena, jejaring sosial ini digunakan oleh masyarakat dari berbagai kalangan usia dan profesi di seluruh dunia. Dakwah pun bisa dilakukan di manapun dan kapan pun,” kata trainer medsos, Hilal Achmad. Menurut dia, para pendakwah harus pintar memilih jenis medsos, bergantung pada pangsa pasar yang dituju. Misalnya, jika yang dituju kalangan remaja dan ibu rumah tangga, lebih baik lewat Facebook (FB). 

Namun, jika targetnya kaum muda, kalangan profesional, pejabat, atau artis, lebih baik menggunakan Twitter. Kita dapat menggunakan medsos untuk menyampaikan jadwa dan resume pengajian, khutbah Jumat, ceramah dan membagi kultweet tentang Islam. Bayangkan saja, kalau kita punya follower  ribuan, lalu dakwah itu  di-retweet oleh akun lain yang follower-nya ratusan ribu, dipastikan dakwah itu akan cepat sampai ke semua umat Islam, baik di Aceh, Indonesia maupun luar negeri. Sebagai aktivitas dakwah di medos, Abu Khalid Resa Gunarsa, Lc  menilai, tetap perlu etika yang harus diperhatikan: Pertama, niat. Ini penting. 

Hendaknya dakwah dilakukan dengan ikhlas, ber-mujahadah (bersungguh-sungguh) melawan niat riya, pamer, ingin dipuji atau dapat jempol banyak dan lain-lain.  Jangan sampai, niat mulia menebar ilmu berubah menjadi pamer ilmu. Kedua, memastikan bahwa pesan, ilmu atau nasehat itu dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, terdapat dalil yang mendukungnya dari Al Quran, Sunnah dan perkataan para sahabat. Terkadang, seseorang menukil dalil dari Al Quran atau hadis, tapi cara pendalilannya, tafsirnya, atau pemahamannya tidak sesuai dengan kaidah-kaidah syar'i. Da'i medsos juga harus menjaga akhlak mulia. Walaupun dalam bentuk tulisan, hendaknya tetap memperhatikan sopan santun dan etika, tidak mengandung celaan, kata- k a t a k a s a r d a n b e r m u a t a n menjatuhkan kehormatan orang lain. Mempertimbangkan maslahat dan mafsadat, serta tepat sasaran. Tidak mudah berfatwa, karena fatwa memiliki kehormatan yang tidak boleh dilakukan sembarang orang.


Bukanlah hal terlalu sulit berdakwah di medos. Hanya saja diperlukan niat baik dan keberanian menyebarkan kebaikan yang kita ketahui. Sebagian besar kebaikan itu tentu saja bersumber dari ajaran Islam yang kita yakini. Banyak juga kebaikan kita peroleh dari berbagai aktivitas keislaman di sekitar kita. Kadang juga inspirasi itu datang dari interaksi kita di medos. Semua itu dapat kita sebarkan dan itu akan menjadi dakwah, sebagai sebuah kekuatan memperbaiki atau mengubah orang lain menjadi lebih baik: lebih islami Itulah dakwah, dan kita mampu melakukannya melalui medsos.
SHARE :

0 facebook:

Post a Comment

 
Top