Oleh Sri Suyanta Harsa

Ilustrasi: republika
Muhasabah 30 Rabiul Akhir 1441 
Saudaraku, di antara penyebab sakit adalah perilaku menyimpang atau tindak pelanggaran atas ketentuan Allah. Perilaku menyimpang merupakan wujud kondisi psikologis (hati) yang tidak baik. Orang mukmin yang melakukan tindak pelanggaran akan merasa gelisah, resah, tidak enak hati dan dihantui rasa bersalah. Ketika melakukan tindak pelanggaran, namun masih tetap biasa-biasa saja, maka justru harus segera melakukan.muhasabah agar imannya diselamatkan. Bila kondisi gelisah dan resah berketerusan atau tidak dicari solusi, maka akan menimbulkan stres atau dan gangguan sistem dalam jaringan tubuh, makan menjadi tak enak dan tidak teratur tidur juga tidak nyenyak. Dari sinilah kemudian menyebabkan ketidakseimbangan yang sistemik, lalu berakibat pada ragam penyakit fisik.

Oleh karena itu di samping berobat, solusi terbaiknya adalah bertobat. Bertobat melakukan segala bentuk pelanggaran aturan ilahiyah. Maka tema muhasabah hari ini juga merupakan bagian dari prinsip yang ada dalam kehidupan seorang mukmin. Jadi dengan bertobat maka akan selamat. Menunda-nunda tobat, alamat terlaknat karena sekarat tak perlu pakat-pakat, akhinya pun harus berangkat ke liang lahat.

Nah, bila berbicara tentang dosa, maka tidak ada cara lain sebagai solusinya kecuali tobat nasuha. Apalagi Allah selalu menunggu pertobatan hambaNya. Inilah kabar gembira karena membahagiakan bagi semua orang, baik bagi orang-orang beriman maupun yang belum beriman, bagi orang-orang saleh maupun orang-orang masih berlaku salah, dan bagi orang-orang yang sudah dekat dengan Allah maupun orang-orang yang masih jauh dariNya, baik yang sudah shalat malam maupun yang belum. Mengapa? Karena di sana ada pengampunan Allah atas hamba-hambaNya. Allah membuka kesempatan seluas-luasnya untuk satu maqom yang sangat mulia, yaitu bertaubat.

Ya, saudaraku, pintu tobat disediakan bagi sesiapa saja, baik untuk mendekatkan diri dengan Rabbnya maupun karena telah melakukan sesuatu yang berakibat dosa. Oleh karenanya, seberapapun dosa dan kekhilafan yang ada, dan seberapapun jauhnya dariNya, sebaiknya disadari dan dihentikan sekarang juga mumpung masih hidup, mumpung masih berkesempatan, dan mumpung masih sehat. Besuk atau lusa belum jelas adanya kita. 

Dalam iman Islam, tobat merupakan jalan terbaik bagi orang cerdas. Orang cerdas bukan tidak pernah berbuat salah atau khilaf, tetapi ketika salah atau khilaf lalu bersegera bertaubat dan berbenah. Inilah satu-satunya jalan terbaik dan peluang terbesar bagi para pendosa, baik disengaja ataupun tidak, dosa fardi ataupun jama'i. Sembari beristighfar, memohon ampunan pada Allah atas segala kesalahan dan kekhilafan, juga berazam tidak akan pernah mengulanginya lagi di masa yang akan datang, lalu menggantinya dengan amal-amal shalih yang bisa dilakukan. Ketika kesalahan itu berpautan dengan sesama manusia, harus disertai permintaan maaf dan menyelesaikan segala sesuatunya yang menyebabkan dosa.

Allah membuka pintu dan menanti orang-orang beriman, menunggu orang-orang yang lupa diri, orang-orang yang masih jauh untuk segera kembali mendekat dan menuju kepada Allah, bertobat (taba ila Allah).

Kita seyogyanya mengambil ibrah dari pengalaman adanya pelanggaran yang dilakukan nenek moyang manusia, Nabi Adam dan Siti Hawa. Allah berfirman yang artinya Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Rabbnya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi maha Penyayang. (Qs. Al-Baqarah 37)

Oleh karenanya bila ada pelanggaran dan kelalaian, maka sebaiknya segera diakhiri dengan pertobatan. Tidaklah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima Taubat dari hamba-hamba-Nya dan menerima zakat dan bahwasanya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang? (Qs. Al-Taubah 104)

Jadi, tidak ada alasan lain untuk bersegera kepada ampunanNya. Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (Qs. Ali Imran 133)

Ketika tobat atas oerilaku menyimpang dan dosa telah kita lakukan, maka pada saatnya kita mensyukurinya baik dengan hati, lisan maupun perbuatan nyata.

Pertama, mensyukuri di hati dengan meyakini sepenuhnya bahwa Allah adalah zat yang maha penerima tobat, Allah menanti pertobatan hamba-hambaNya, baik yang sudah dekat maupun yang masih jauh, baik yang sudah ingat maupun yang masih melupakanNya. Dengan pertobatan yang kita lakukan, maka yang kemudian dilakukan menggantinya dengan amal shalih. Amal shalih sebagai energi positif akan menuntun untuk amal shalih berikutnya dan tetus menerus.

Kedua, mensyukuri di lisan dengan senantiasa memujiNya seraya memperbanyak mengucapkan alhamdulillahi rabbil 'alamin. Dengan memujiNya, semoga Allah memelihara kita dari godaan setan dan hawa nafsu yang destruktif, sehingga kita terhindar dari dosa.

Ketiga, mensyukuri dengan perilaku konkret yaitu selalu ingat kepadaNya. Dengan ingat kepada Allah, kita berusaha menunaikan perintahNya dan meninggalkan laranganNya. Seandainya terlanjur melakukan kesalahan, baik disengaja maupun tidak, maka segera kembali kepadaNya, bertobat, taba ilallah. 

Dengan energi positif tobat nasuha, maka akan menuntun kita untuk melakukan apapun sesuai aturan Allah, mengerjakan kebaikan demi kebaikan, ibadah demi ibadah, shalat malam setiap dini hari di ambang fajar. La haula wala quwwata illa billahi.

Adapun zikir pengkodisian dan penyejuk qalbu agar dianugrahi hati terbuka dan bijak dalam bertindak adalah membasahi lisan dengan mengucapkan ya Allah ya Haadiy ya Tawwaab. Ya Allah yang maha memberi petunjuk, tunjukilah kami, ya Allah yang maha menerima tobat, terimalah pertobatan kami.
SHARE :

0 facebook:

Post a Comment

 
Top