Oleh: Akhyar M. Ali

JCH Kloter 01 BTJ Melaporkan dari Mekkah 



Ada larangan bagi jama'ah haji tahun ini, yaitu tidak dibenarkan masak di kamar, kecuali memanaskan air yang telah disiapkan oleh pihak hotel. Seluruh jamaah haji mendapat jatah makan tiga kali sehari. Ada 119 kali jamaah disediakan makan selama di tanah suci, yang terdiri 75 kali di Makkah, 27 kali di Madinah, dan 16 kali di Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armuzna) ditambah snack, kopi dan teh. 

Untuk mengurus makan jamaah yang lebih 100 ribu orang itu, pemerintah Indonesia menggandeng beberapa perusahaan penyedia catering besar yang ada di Saudi Arabia, melibatkan 13 perusahaan, yang telah mendapat jaminan dari pihak yang berkompeten.  Mereka diberi tanggung jawab menyajikan makan pagi, siang dan malam. 

Salah satu perusahaan catering besar yang mengelola konsumsi di rumah atau hotel jamaah haji 306, yang dihuni seluruh kloter Aceh yaitu al Ahmadi. Setiap hari, sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, mereka menyedikan konsumsi untuk seluruh jamaah, dengan dukungan pekerja yang sebagian besar asal Indonesia. 

Menu makanan telah ditetapkan setiap hari dengan volume besar. Daftar menu perhari adalah: Senin, nasi putih (200 gram), daging lada hitam (100 gram), telur dadar (80 gram), zukine karena (80 gram), jeruk, serta air mineral 600 ml. 

Selasa, nasi puisi (200 gram), ayam goreng saud karena (100 gram), tumis tunai kaleng (60 gram), capcay sayur (80 gram), pisang, serta air mineral 600 ml. 

Hari Rabu, nasi putih (200 gram), daging rendang (100 gram), ikan kakap saus (80 gram), terong balado (80 gram), apel, serta air mineral. 

Begitu seterusnya menu yang disungguhkan, yang dipastikan memenuhi selera seluruh jamaah haji. Setiap hari rombongan haji mengambil makanan di ruang restoran hotel, selanjutnya didistribusikan kepada jamaah. 

Meskipun perusahaan negeri kayak minyak ini yang menangani catering bagi jamaah Indonesia, namun chief dan pekerja (tukang masak) berasal dari Indonesia. 

Tidak salah memang jamaah haji sebagai tamu Allah mendapat keistimewaan, terutama dalam pelayanan konsumsi. 

Oleh sebab itu, “Tidak ada alasan, kecuali memanfaatkan kesempatan ini untuk beribadah,” ujar Sulaiman, Kabag TU Fakultas Dakwah dan komunikasi UIN Ar-Raniry, salah seorang jamaah kloter 05 BTJ. (Editor: smh)

SHARE :

0 facebook:

Post a Comment

 
Top