lamurionline.com -- Aceh Barat – Wakaf semakin berkembang dalam wujud berbagai usaha. Salah satu bentuknya seperti Depot Air Minum Isi Ulang Alma’ di Kompleks Kementerian Agama (Kemenag) Aceh Barat.

Alma’ dikelola profesional berbasis wakaf oleh aparatur sipil negara (ASN) di lingkungan Kemenag Aceh Barat. Dirintis dua tahun lalu, depot air minum mampu memikat para konsumen dengan mengutamakan kualitas air minum terbaik melalui penerapan teknologi penyaringan canggih.

Pengelola Depot Air Minum Alma’ H Ikhwan Is SPdI menuturkan, air produksi Alma’ melalui beragam rangkaian, mulai dari beberapa kali filterisasi awal, kemudian baru melalui sejumlah filterisasi kembali hingga air dapat dikonsumsi dengan kualitas reverse osmosis (RO). Alma’ menggunakan mesin ultraviolet buatan Amerika untuk membunuh bakteri. Bahkan Alma’ menyediakan galon sendiri kepada pelanggan demi memastikan kebersihannya.

Dulu, bahan baku air dibeli. Satu tangki mobil Rp 150.000 yang hanya mampu menghasilkan air RO sekitar 15 galon. Pasalnya, dari seluruh bahan baku air, hanya 20 persen yang menjadi air kualitas RO. Sementara 80 persen sisanya digunakan untuk kebutuhan musala di Kompleks Kemenag.

“Jadi kalau saat berwudu airnya diminum, sebenarnya juga sudah bisa. Tapi untuk yang kita jual itu sudah benar-benar berkualitas,” ujarnya.

Sekarang, Alma’ sudah memiliki sumur bor sebagai sumber bahan baku air. Jumlah debit air sumur dapat memenuhi berapapun jumlah kebutuhan air untuk diproduksi.

“Mesin filter kami buat terpampang jelas demi menyakinkan konsumen, bahwa air produksi Alma’ betul-betul berkualitas,” ujarnya saat dikunjungi Tim Baitul Mal Aceh yang terdiri dari Kepala Bagian Pengumpulan Arif Arham, Pembina Nazir Sayed Muhammad Husen, dan Tenaga Pendamping Zulfurqan, Meulaboh, Aceh Barat, Sabtu, 5 November 2022.

Alma’ mengalami perkembangan cukup baik sejak dirintis. Awalnya proses pendistribusian menggunakan becak, kini menyewa mobil agar bisa memenuhi tingginya minat konsumen. Direncanakan produksi air bisa disediakan dalam bentuk kemasan agar target pasar dapat dijangkau semakin luas.

Target pasar Alma’ cukup strategis, yakni para ASN Kemenag Aceh Barat sekitar 800 orang. Pengelola membuat grup WhatsApp khusus konsumen Alma’ dari kalangan ASN Kemenag, serta dapat langsung memesan air minum melalui grup. Kemudian, pasar pemasaran menyasar madrasah. Per madrasah jumlah siswanya bisa mencapai angka di atas 1.200 orang.

Alma’ mampu menampung tiga orang tenaga kerja. Per bulan keuntungan bersih penjualan Rp 1 juta hingga Rp 1,5 juta yang disetor kepada Pengurus Nazir An-Nida. Per galon air minum dijual Rp 5.000. “Artinya membeli air Alma’ sudah termasuk infak,” imbuhnya.

Hal senada disampaikan Ketua Pengurus Nazir An-Nida Suhadi SAg. Keutungan Alma’ diperuntukkan membantu beasiswa pendidikan anak yatim dan miskin, bantuan sosial, kegiatan agama, dan lain-lain. Dia berharap, Baitul Mal Aceh bisa membantu tambahan modal demi mengembangkan Alma’ agar bisa diproduksi dalam bentuk kemasan.

“Insya Allah, kalau ada tambahan modal, pasar Alma’ semakin luas. Dalam setiap acara semoga Alma’ menjadi air minum pilihan,” jelasnya.

Dia menambahkan, Alma’ bukan satu-satunya unit usaha wakaf yang dikelola oleh Nazir Wakaf An-Nida. Ada dua unit usaha lainnya yakni wakaf pohon kelapa sawit dalam program Wakaf Jangka Waktu (Waktu) dan kantin. Melalui Program Waktu, pekebun kelapa sawit diajak mewakafkan hasil dari pohon kelapa sawit selama masa produktif. Pohon kelapa sawit tersebut diberikan tanda khusus.

Pembina Nazir Baitul Mal Aceh Sayed Muhammad Husen, menyarankan, Pengurus Nazir An-Nida memastikan kelengkapan semua legalitas kepengurusan nazir dan izin usaha di bawah pengelolaannya. Sehingga, saat membangun kemitraan dengan berbagai pihak semakin profesional.

“Tahun ini Baitul Mal Aceh akan membantu pembiayaan hingga Rp 100 juta untuk pengembangan kegiatan produktif di atas lahan wakaf. Pemenuhan segala administrasi status aset dan legalitas kepengurusan yang lengkap akan sangat membantu kelancaran penyaluran bantuan,” terangnya.

Lanjutnya, bantuan tersebut akan menjadi program perdana Baitul Mal Aceh untuk pengembangan wakaf produktif yang berdiri di atas lahan wakaf. Ke depan, Baitul Mal Aceh akan terus fokus di bidang wakaf demi membangun peradaban Islam di bidang sosial ekonomi melalui pengembangan usaha berbasis wakaf.

Wakaf Berbasis Masjid

Baitul Mal Aceh juga mengunjungi lima toko wakaf dan lahan wakaf milik Masjid Al-Ihsan di Gampong Purwodadi, Kecamatan Kuala Pesisir, Kabupaten Nagan Raya. Toko tersebut disewakan kepada warga dengan kontrak sewa per dua tahun. Biaya sewa per tahun Rp 4 juta. Total saldo kas sekarang Rp 13 juta.

“Hasil usaha wakaf ini diperuntukkan untuk operasional masjid dan kesejahteraan masyarakat,” kata Ketua Pengurus Nazir Wakaf Gampong Purwodadi, Adnan Is, Sabtu, 5 November 2022.

Jumlah lahan wakaf Masjid Al Ihsan Purwodadi mencapai 6.205 meter yang tersebar di tiga titik lokasi.
Sayed Muhammad Husen mengapresiasi kelengkapan seluruh dokumen aset wakaf dan kepengurusan nazir. Menurutnya, kelengkapan dokumen diperlukan mencegah masalah di kemudian hari. (Cek Man/Rel)

SHARE :

0 facebook:

Post a Comment

 
Top