Oleh: Juariah Anzib, S.Ag

Penulis Buku Kontemplasi Sang Guru


Iman merupakan satu-satunya nikmat terbesar yang dapat melunakkan hati yang keras menjadi selembut sutera. Berkaitan dengan hal tersebut, pada kesempatan ini kita akan menghayati kisah perjalanan hidup seorang perempuan yang awalnya sangat membenci Islam. Ia memusuhi Rasulullah saw beserta  pengikutnya selama 20 tahun. Ia berada dalam kekafiran yang jahil bersama  suaminya. Sementara anaknya Muawiyah bin Abu Sufyan sudah lebih dulu masuk Islam. Akan tetapi ia tidak ikut hijrah bersama Rasulullah saw karena takut kepada ayah dan ibunya yang masih kafir.           

Hindun dan suaminya melewati berbagai macam cara menghalangi dakwah Rasulullah saw. Kebencian,  kedengkian dan dendam terhadap Islam bergabung menjadi satu. Membuat mata hati mereka tertutup tanpa cahaya suci. Hingga pada akhirnya hatinya luluh pada tahun penaklukan kota Mekah. Dia masuk Islam bersama suaminya Abu Sufyan bin Harb.

Dalam bukunya Biografi  35 Shahabiyah Nabi saw  Syaikh Mahmud Al-Mishri mengkisahkan, Hindun binti Utbah bin Rabi'ah bin Abdu Syams Al-Absyamiyah Al-Quraisyiyah adalah perempuan tangguh. Ia  termasuk salah seorang wanita Arab yang hebat dan terkenal namanya, baik sebelum maupun sesudah masuk Islam. Hindun seorang wanita cerdas, fasih, pemberani, tegas, percaya diri, memiliki pemikiran yang luas dan berjiwa ksatria. Perempuan paling cantik di Arab ini orang berakal dan pujangga yang cerdik pandai. Banyak  keutamaan yang dimiliki ibu dari khalifah Umawi, Muawiyah bin Abu Sufyan ini. 

Hindun menjalani kehidupan bersama sang suami Abu Sufyan, saat itu mereka belum mendapatkan cahaya kebenaran dan kesucian. Bahkan mereka menolak  Islam dengan keras. Merencanakan berbagai tipu muslihat meruntuhkan agama Rasulullah saw dan para pengikutnya hingga ke akar-akarnya. Menebarkan kebencian dan kedengkian serta dendam kesumat kepada Islam tanpa batas waktu. Mencari celah untuk meruntuhkan kekuatan agama suci ini agar lenyap dari muka bumi.  Permusuhan yang tertanam dalam jiwa hingga menampakkan secara nyata dalam perang Badar. 

Ketika perang Badar akan  berlangsung, kaum musyrikin meninggalkan  Mekah menuju medan perang bertujuan menghancurkan kaum muslimin. Sebagai pengamat, Hindun mengamati berlangsungnya peperangan. Karena orang-orang yang dicintainya ikut terlibat dalam perang tersebut. Ayah, suami, paman dan saudaranya  bergabung dalam barisan paling depan. Hindun memberikan semangat dan dukungan yang besar agar kaum muslimin dapat dikalahkan.

Pertempuran di antara dua kubu pun tidak bisa dielakkan. Dalam sengitnya pertempuran, maka pertolongan Allah datang. Para malaikat turun dari langit dan ikut serta berperang bersama kaum muslimin. Tanda-tanda kekalahan kaum musyrikin sudah mulai nampak. Mereka mulai kewalahan menghadapi serangan kaum muslimin yang semakin dahsyat. Pasukan musyrik kocar kacir dan mulai berlarian menarik diri. Dengan semangat membaja, kaum muslimin terus mengejar mereka, menawan dan membunuhnya. Peperangan berakhir dengan terbunuhnya 70 orang tentara musyrik dan 70 orang tertawan.

Sungguh menyedihkan, dalam peperangan tersebut keluarga Hindun yang terdiri dari ayahnya Utbah, Syaibah dan saudaranya Walid bin Utbah terbunuh. Mereka dibunuh oleh Hamzah si singa Allah yang dibantu Ali bin Abi Thalib. Hindun sangat marah dan sedih, hatinya penuh dendam. Siang malam ia berpikir bagaimana cara menuntut balas atas pembunuhan ini terhadap Hamzah. 

Syaikh Mahmud menuturkan,  Quraisy tidak pernah tenang setelah mengalami kekalahan dalam perang Badar. Selama satu tahun mereka mempersiapkan kembali  kekuatan untuk menuntut balas terhadap kekalahan pada perang Badar.  Pasukan yang tersulut dendam bergerak dengan kekuatan lebih dari 3000 orang. Abu Sufyan bertindak selaku panglima perang. Ia mengajak serta para kaum wanita dibawah komando Hindun untuk lebih mendorong pasukan dalam berperang. Agar kehormatan dan harga diri kembali dirampas. Dalam perang Uhud, atas dorongan Hindun dan pemuka Quraisy lainnya, bidikan utama mereka  adalah Rasulullah dan Hamzah. Mereka sepakat bahwa Hamzah menjadi sasaran utama selain Rasulullah saw.

Sebelum berangkat berperang, mereka telah menentukan seseorang yang andal dan mahir dalam membidik. Dia adalah Wahsyi, seorang budak Habasyah yang memiliki keahlian luar biasa dalam melesatkan tombak. Ia diberi peran hanya fokus memburu Hamzah, dengan melancarkan serangan-serangan mematikan menggunakan  tombaknya. Dia tidak disibukkan dengan peperangan supaya tepat sasaran. Jika ia berhasil menjalankan aksinya, mereka akan memberi imbalan yang fantastis, berupa kemerdekaan dari perbudakannya. 

Menurut Syaikh Mahmud, Wahsyi juga  mendapatkan dorongan dari Hindun bin Utbah. Ia menjanjikan akan memberikan sejumlah harta dan perhiasan yang banyak jika berhasil membunuh Hamzah. Sambil menampakkan anting mutiara berharga dan kalung-kalung emas di lehernya. Dengan tatapannya yang tajam, ia berkata kepada Wahsyi, "Ini semua akan menjadi milikmu jika kamu berhasil membunuh Hamzah." Wahsyi sangat tertarik dan berjanji akan menyanggupinya. Ia tidak sabar dengan peperangan tersebut. Membayangkan akan kemerdekaan dirinya dan perhiasan-perhiasan yang banyak. Benar-benar suatu konspirasi.

Sejumlah wanita ikut serta dalam perang yang dipimpin oleh Hindun binti utbah tersebut. Mereka tak henti-hentinya mengobarkan semangat dan tekad perang. Menggerakkan emosi-emosi para prajurit dalam menebas, memanah dan menikam musuh. Pertempuran sengit, kaum muslimin juga tak kalah semangat. Mereka merangset melalui.celah-celah pasukan musyrikin bagaikan air bah  yang mematahkan penghalang alur deras. Menyerang, menerjang dan mematahkan kekuatan barisan kaum musyrikin. 

Ada hal menarik yang perlu dihayati. Sebelum perang Uhud berkecamuk, Rasulullah saw membakar semangat para sahabat. Beliau membangkitkan semangat keberanian dengan cara menghunus pedangnya yang tajam, sambil menyerukan, "Siapa yang mau mengambil pedang ini dengan haknya?" Sejumlah sahabat menghampiri untuk mengambilnya, diantaranya Ali bin Abi Thalib, Zubair bin Awwam dan Umar bin Khathab. Namun Rasulullah saw kembali menyerukan dengan seruan yang sama. Semua terdiam. Lalu Simak bin Kharasy (Abu Dujanah) menghampiri Rasulullah dan bertanya, "Apa haknya ya Rasulullah?" Beliau menjawab, "Dengan pedang ini kamu menebas wajah-wajah musuh hingga tewas." Abu Dujana berkata, "Aku akan mengambil pedang ini dengan haknya." Lalu Rasulullah saw memberikan pedang itu kepadanya.

Dengan mengenakan pembalut kepala berwarna merah, Abu Dujanah datang sambil memegang pedang Rasulullah saw bertekad memerangi musuh. Ia menyerang di tengah-tengah barisan, setiap bertemu musuh pasti dia bunuh, dan pasukannya diporak porandakan. Zubair bertanya-tanya dalam hatinya, mengapa Rasulullah tidak memberikan pedangnya kepadaku, malah memberikan kepada Abu Dujanah. Padahal aku ini putra Shafiyah, bibinya. Namun ternyata aku melihat aksi Abu Dujanah luar biasa. 

Keuletan Abu Dujanah dalam berperang tidak diragukan. Banyaknya musuh yang ia tebas dengan pedang tersebut. Dalam pertarungan ia melindungi dirinya dengan perisai. Ia menyerang hingga para musuh terkapar tak  bernyawa. Tiba-tiba ia bertemu dengan seorang komandan wanita, Abu Dujanah tidak mengenalnya. Ia melihat wanita itu membakar semangat pasukan musuh lalu menghampirinya. saat menebaskan pedang tepat di atas kepalanya, ia kembali menarik pedangnya, ternyata ia mendapati seorang wanita. Abu Dujanah Pun memuliakan pedang Rasulullah saw untuk ditebaskan kepada seorang perempuan. Zubair berkata, "Aku melihat Abu Dujanah mengarahkan pedang tepat di atas kepala Hindun binti  utbah, tetapi pedang itu ditarik kembali." Hanya Allah dan Rasulnya yang lebih tahu. (9)

Perang semakin sengit, semangat pun semakin berkobar. Hamzah singa Allah, menyerang dan meruntuhkan musuh dengan pedangnya. Aksi heroiknya yang menawan dan luhur di dunia prajurit. Di tengah-tengah arus pasukan musyrik, ia menyerang, menyergap dan merangset dengan dahsyatnya. Singa pemberani ini menghambur-hamburkan pasukan musyrik Quraisy seperti dedaunan kering yang diterpa angin beterbangan kesana kemari. Hamzah berperang dengan menggunakan dua pedang di tangannya. Bisa kita bayangkan betapa hebatnya manusia mulia ini.

Namun demikian, kaum muslimin mengalami kekalahan dalam perang Uhud. Andaikan saja para prajurit pemanah tidak meninggalkan posnya di atas bukit Uhud, maka kemenangan sudah di tangan. Pasukan muslim mengalami kekalahan disebabkan kelalaian dan mengabaikan perintah Rasulullah saw. Sehingga terbuka celah yang menganga bagi prajurit berkuda Quraisy masuk secara tiba-tiba dan balik menyerang. Situasi terjepit membuat Hamzah yang setia harus meningkatkan kekuatannya. Tanpa menyadari ternyata ada sepasang mata yang sedang mengawasi gerak geriknya secara khusus. Pengintai telah membuntutinya sejak dari awal, mencari kesempatan untuk menghabisinya. 

Wahsyi yang diprovokasi Hindun membidik Hamzah telah siap beraksi. Ia tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Ketika Hamzah sedang konsentrasi menghadapi situasi terjepit, dari balik pohon Wahsyi perlahan mendekat dan menghampiri Hamzah. Secepat kilat ia melesatkan tombaknya tepat mengenai perut bagian bawah sang Singa perkasa ini hingga tembus ke selangkangan. Hamzah terkapar ke tanah. Setelah memastikan kematian  Hamzah, Wahsyi kembali mencabut tombaknya lalu kembali ke tenda. Ia menganggap tugasnya sudah selesai, sehingga tidak melanjutkan bergabung dengan prajurit lain. 

Atas kematian Hamzah dan kemenangan perang, maka Hindunlah orang yang paling gembira saat itu. Ia merasa puas meskipun belum sepenuhnya, karena Rasulullah saw masih selamat. Bersama sejumlah wanita lain, Hindun memutilasi para korban yang tewas secara keji. Ia menyobek jasat Hamzah dan mengambil hatinya kemudian memakannya. Sungguh biadab.  Abu Sufyan sendiri tidak bertanggung jawab atas kebiadaban tersebut. Ia berkata kepada salah seorang muslim. Diantara korban ada yang dimutilasi, namun aku tidak merestuinya. Aku tidak pernah menyuruh dan tidak pula melarangnya. Quraisy meninggalkan Uhud dengan kegembiraan dan harga dirinya. 

Demikian kebiadaban  seorang Hindun, tanpa ada rasa kemanusiaan dan  melampaui batas. Hatinya penuh kedengkian tanpa belas kasihan. Itu pertanda bahwa hatinya masih kotor tanpa cahaya suci. Namun ketika Allah membuka pintu hatinya, semua berbalik tanpa noda. Allah akan memberi petunjuk bagi  hamba-hamba yang dikehendaki-Nya.

SHARE :

0 facebook:

Post a Comment

 
Top