Oleh: Juariah Anzib, S.Ag

Penulis Buku Menapaki Jejak Rasulullah Dan Sahabat


Abu Bakar Ash-Shiddiq sahabat Rasulullah saw yang terdekat dan sangat dicintai baginda nabi. Kedekatannya dengan Rasulullah bagaikan sepasang kekasih yang sulit dipisahkan. Laki-laki  pertama yang mengakui nubuwah Rasulullah saw dan peristiwa Isra Mi'raj. 

Di balik kedekatan dan akrabnya dengan Rasulullah saw, Abu Bakar menyimpan beban kesedihan yang memilukan hatinya. Betapa tidak, di saat ahli bait Abu Bakar menyatakan keislaman, rupanya salah seorang putranya yang bernama Abdurrahman malah menentang Islam. Dia tidak ikut beriman sebagaimana yang lain. Hal tersebut membuat Abu Bakar sangat bersedih. Ia berharap sang kesatria ini luluh hatinya dengan mengislamkan dirinya dan berbaiat kepada Rasulullah saw. 

Dalam bukunya Biografi 60 Sahabat Nabi SAW, Khalil Muhammad Khalil mengisahkan, dikala Abu Bakar menemani Rasulullah saw di Gua Hira untuk berhijrah, Abdurrahman justru menjadi benteng kekuatan kaum kafir Quraisy. Ia menyatukan agama nenek moyang mereka menjadi penyembah berhala. Bahkan di perang Badar ia sebagai prajurit yang menyerang kaum muslim dan memusuhi Rasulullah saw  sahabat terdekat ayahnya. 

Tidak hanya itu, di perang Uhud ia sebagai pemimpin pasukan pemanah dari pihak tentara musyrik. Pertempuran yang diawali dengan perang tanding satu lawan satu. Abdurrahman bin Abu Bakar tampil menantang pasukan Islam dengan meminta lawan yang seimbang dengannya. Menyaksikan hal tersebut, Abu Bakar maju untuk melayani tantangan anaknya. Namun Rasulullah saw menahan sahabatnya agar tidak melakukan perang tanding dengan putranya sendiri. 

Kecintaan dan kehormatan sang anak terhadap sang ayah, tak terpengaruh dengan keislaman ayahnya. Bahkan ia semakin kokoh berdiri tegap terhadap prinsip dan keyakinannya. Ia membela berhala-berhala sesembahan mereka dengan kuat. Siap menghadapi segala kemungkinan yang terjadi meskipun nyawa sebagai taruhannya. 

Khalil menuturkan, kesatria pemberani ini ternyata tidak buta dengan kebenaran, walau dalam rentan waktu yang lama. Allah memberikan petunjuk dan hidayah kepadanya hingga terbentang jalan kesucian. Allah Swt akan memberikan petunjuk kepada orang-orang dikehendaki-Nya. Jika Allah berkehendak, maka tidak ada yang mustahil. Seorang Abdurrahman sang  pembela berhala secara  mati-matian, kini terbuai dalam lezatnya cahaya hati.  Nikmatnya kelembutan Islam membuatnya bertekuk lutut kepada Allah dan Rasul-Nya. 

Abu Bakar terus berharap sambil berdoa agar putranya mendapatkan hidayah Ilahi. Hari yang dinanti-nantikan kini sudah tiba. Suatu hari, masuklah Abdurrahman bin Abu Bakar dalam keislaman. Ia bagaikan dilahirkan kembali untuk kedua kalinya. Lentera talah menyinari jiwanya, hingga memadamkan api kepalsuan dan kegelapan yang selama ini telah menghanyutkan kebaikan. Dengan kesadaran diri sendiri, ia segera menempuh perjalanan jauh untuk menemui Rasulullah saw. Wajah Abu Bakar bagaikan cahaya rembulan, bersinar penuh kebahagiaan. Ia gembira menyaksikan putranya berbaiat kepada Rasulullah saw. Abdurrahman telah mengakhiri masa kekafirannya dengan keislaman yang suci. 

Setelah masuk Islam Abdurrahman tetap menjadi seorang kesatria yang hebat dan tangguh. Namun kini ia berbalik membela Allah dan Rasul-Nya, bukan lagi membela patung berhala. Ia juga ikut diberbagai peperangan. Jika dahulu berperang membela agama nenek moyangnya, kini berjihad membela agama Allah. Ia mengejar ketinggalannya dalam berbagai segi kehidupan, seperti  belajar mendalami ilmu agama dan berjihad. Bahkan ia mendapatkan lebih banyak dari yang ditargetkan. 

Setelah Rasulullah saw wafat, ia tetap berjihad hingga terjadi perang Yamamah, pertempuran memberantas nabi palsu. Jasanya begitu besar dalam peperangan tersebut. Dengan keberaniannya dan jiwa kesatria, ia berhasil menewaskan Mahkam bin Thufail yang merupakan dalang pengendalian Musailamah Al-Kadzab si nabi palsu. Berkat kegigihannya pula hingga tentara kaum muslim berhasil mengepung benteng terpenting yang digunakan tentara murtad untuk mempertahankan diri. Dalam sekejab benteng tersebut dapat dikuasai tentara muslim dan  memporak-porandakan kaum murtad. 

Menurut Khalil, Abdurrahman seorang yang teguh pendirian. Tak mudah terpedaya dengan mulut manis dan sanjungan siapapun. Sehingga ketika pada masa khalifah Mu'awiyah bin Abu Sufyan, Mua'wiyah akan menobatkan anaknya Yazid bin Mu'awiyah sebagai khalifah melanjutkan pemerintahan sang ayah. Dengan kekuatan pedangnya, Muawiyah memaksa orang-orang muslim untuk berbaiat. Akan tetapi hal tersebut membuat Abdurrahman marah. Karena kekhalifahan bukanlah suatu  kerajaan dan kekaisaran  yang dapat meneruskan tampuk pemerintahan kepada keturuanannya  secara turun temurun. Akan tetapi kekhalifahan adalah pemimpin umat yang di baiat sesuai amanah dan ketentuan syariat.  

Mu'awiyah mengirim surat kepada Marwan gubernur Madinah agar dibacakan kepada seluruh kaum muslimin di masjid dan Marwan melaksanakannya. Namun sebelum surat selesai dibacakan, Abdurrahman bin Abu Bakar  bangkit dari tempat duduk  dan memprotesnya. Suasana berubah mencekam karena Abdurrahman menentang dengan suara yang keras. Ia berkata, "Demi Allah, rupanya bukan yang terbaik yang engkau berikan kepada umat Muhammad, melainkan engkau ingin menjadikannya kerajaan seperti di Rumawi, hingga bila seorang kaisar meninggal, tampillah kaisar lain sebagai penggantinya."  

Abdurrahman marah besar dan mengecam Mu'awiyah yang mencoba mengubah hukum Islam dengan mewarisi tahta secara turun temurun. Abdurrahman yang bermula didukung oleh tiga sahabatnya kini tinggal sendiri. Mereka tak lagi berkutik, karena telah mengikuti rencana busuk Mu'awiyah dengan kekuatan senjatanya. 

Suatu ketika, Mu'awiyah mengirim utusan untuk  menyerahkan uang100 ribu dirham untuk meluluhkan hati Abdurrahman. Namun keteguhan hatinya tak dapat diperjual belikan dengan harga berapapun. Ia melempar uang tersebut dan menyuruh utusan Mu'awiyah untuk mengembalikannya.

Di saat Abdurrahman  mengetahui Mu'awiyah akan berkunjung ke Madinah, ia segera menghindar dengan meninggalkan Madinah  menuju Mekkah. Ketika tiba di dataran tinggi Mekah, Allah memanggilnya dengan kerinduan hamba yang shalih. Ia meninggal sebagai seorang kesatria sejati yang  membela kebenaran dan menentang kezaliman. Abdurrahman bin Abu Bakar Ash-Shiddiq dimakamkan di Mekkah tempat Islam diturunkan. Ia mendapatkan tempat yang mulia di sisi Rabbnya. Semoga Allah meridhainya.

SHARE :

0 facebook:

Post a Comment

 
Top