LAMURIONLINE.COM I BANDA ACEH - Dalam upaya melestarikan budaya daerah dan juga menjaga kearifan lokal, SMA Negeri 15 Adidarma Banda Aceh melaksanakan kegiatan teut apam di sekolah tersebut, Jln Pelangi No 23 Kampung Mulia, Kecammatan Kuta Alam, Banda Aceh, Sabtu (4/2). Kegiatan dengan tema "Na AtaTanyo, Keu Peu Ata Gob" itu diikuti oleh seluruh siswa, guru dan pengawas pembina. 

“Kegiatan ini juga sebagai ajang pengembangan kurikulum merdeka belajar bagi para siswa dengan tema pembelajaran adalah Kuliner Aceh,” kata panitia pelaksana sekaligus Wakil Kesiswaan, Lena Marlinda, S.Pd.

Lena menjelaskan implementasi Kurikulum Merdeka Belajar itu memberikan kebebasan bergerak bagi siswa untuk mengembangkan potensi diri. Selain itu melatih pemahaman dan keterampilan sebagai modal kecakapan hidup.

Ia menambahkan berdasarkan pantauan di lapangan para siswa sangat antusias dalam mengikuti prosesi pelaksanaan teut apam. Mulai dari persiapan tempat, menggunakan kuali kecil dari tanah liat serta tutupnya, bahan bakar berupa daun kelapa kering dan belahan kayu-kayu kecil yang dibawa sendiri oleh siswa. 

“Capaian Pembelajaran (CP) dalam Mata Pelajaran (MP) Prakarya ini adalah mengajarkan siswa mampu memahami jenis kuliner Aceh dan bisa masak serta membuat jenis kuliner yang telah di sepakati oleh guru dan siswa. Mata Pelajaran Prakarya menjadi salah satu pelajaran favorit saat ini bagi siswa SMA di mana mereka banyak belajar tentang kuliner dan budaya Aceh,” kata Lena

Kepala SMA Negeri 15 Adidarma, Zulfikar SE MSi mengatakan dalam rangka pengembangan potensi siswa, di sekolah yang dipimpinnya itu kerap dilaksanakan berbagai kegiatan dalam rangka meningkatkan kompetensi akademik maupun non akademik para siswa. 

“Sehingga potensi siswa dapat dikembangkan sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimilikinya, disamping itu menumbuhkan semangat dan motivasi berwirausaha di kalangan pelajar,” kata Zulfikar.


Sementara itu Pengawas Pembina Disdik Aceh yang bertugas di SMA 15 Adidarma, Dra Dedek Mulyani, M.Pd mengapresiasi kegiatan yang di lakukan oleh warga sekolah binaannya dalam meningkatkan semangat belajar dan peningkatan kompetensi siswa sehingga melahirkan skil atau keahlian yang mampu bersaing dengan kondisi perubahan ekonomi global.

Menurutnya tradisi teut apam tersebut diusahakan untuk diperkenalkan di sekolah agar siswa memahami kuliner tradisional yang sehat, bebas bahan kimia, dan mudah cara membuatnya. Namun Karena baru pertama kali mencoba, siswa merasa kesulitan dalam menggunakan api tungku dan beulangong tanoh yang masih melengket karena baru pertama dipakai. Siswa belajar cara mengaduk tepung yang menggunakan air kelapa sebagai bahan pengembang makanan yang alami bukan bahan kimia.

“Intinya kegiatan ini merupakan salah satu budaya Aceh yang harus dilestarikan di tengah maraknya kuliner cepat saji namun belum tentu aman bagi kesehatan, sehingga menjadi makanan kesukaan anak- anak di Aceh,” kata Dedek Mulyani

Ia menambahkan kegiatan ini dapat dilaksanakan  sesuai dengan tuntutan dalam kurikulum merdeka dan hal ini bisa dimasukkan ke dalam kegiatan projek pelaksanaan profil pelajar pancasila yang dapat membentuk karakter siswa dalam bergotong royong, kerjasama, berani mencoba, dan pantang menyerah.

“Semoga kegiatan ini bisa dilaksanakan berlanjut pada sekolah-sekolah lainnya di Banda Aceh,” pungkasnya. (murdani/rel)

SHARE :

0 facebook:

Post a Comment

 
Top