Ternyata usaha itu mendapat sambutan yang luar biasa dari masyarakat Islam Pulau Pinang

SETIAP datangnya bulan puasa selalu saja ada kesan-kesan dan perbedaan yang berarti. Seperti di Pulau Pinang misalnya kelihatan terlihat perbedaan yang serius bagi masyarakat pada ramadan kali ini. Walau pun penduduk Pulau Pinang Malaysia banyak orang Cina tetapi suasana ramadan begitu jelas kelihatan.

Semua masjid-masjid dan surau-surau di Pulau Pinang selalu di'imarahkan dengan aktivitas keagamaan. Mulai dari berbuka puasa secara terbuka sampai kepada sahur bersama selalu mewarnai rumah-rumah Allah nan suci itu.

Namun dari semua aktivitas ibadah yang punya daya tarik tersendiri bagi saya dan juga membanggakan tanah indatu kita adalah adanya Imam-imam sembahyang tarawih di sana yang berasal dari Aceh. Putra-putra Aceh mampu menciptakan suasana masjid menjadi lain daripada yang lain. "Imam Aceh itu memang best," kata salah satu jama'ah setempat.

Saya yang aktif sebagai salah satu penceramah tetap pada beberapa masjid di Pulau Pinang, selalu saja diminta untuk mendatangkan para imam yang hafiz Alquran dari Aceh untuk memimpin sembahyang tarawih di sana. Semenjak tahun 2011 ketika itu sebagai perkenalan, saya hanya mendatangkan satu imam asal Aceh yaitu Tgk Amiruddin Zulfarsy untuk mendampingi saya sebagai Imam dan penceramah di sana.

Ternyata usaha itu mendapat sambutan yang luar biasa dari masyarakat Islam Pulau Pinang. Kenapa tidak! Dengan kapasitas dan kemampuan yang meyakinkan dengan mudah saja sahabat saya itu melantunkan ayat demi ayat ketika salat berlangsung, sehingga mampu memukau hampir semua jamaah masjid. Hal ini membuat mereka betah sembahyang sampai rakaat yang ke 20.

"Kalau macam ni Imam tarawih, walaupun 100 raka'at dia orang bawa saye sanggup ikut," kata mereka saat itu.

Alhamdulillah pada tahun ini saya mendatangkan sembilan imam dari Aceh untuk sembahyang tarawih di masjid-masjid yang berbeda di Pulau Pinang. Mereka rata-rata para santri dan tengku dayah yang sedang aktif di bidangnya masing-masing. Seperti Tengku Zulfarsy. Beliau adalah alumni Madrasah Ulumul Quran Pagar Air Aceh dan Mahasiswa pasca sarjana IAIN Ar-Raniry. Pada tahun ini ia menjadi Imam tarawih di Masjid Jamik Sungai Tiram Bayan Lepas berhampiran dengan Bandara Pulau Pinang.

Warga Sungai Tiram sangat menyukai Tengku Zulfarsy. Bahkan ada seorang wanita yang terbius dengan suara merdunya. Tengku Zulfarsy ditemani juga oleh seorang qari asal Banda Aceh yaitu Ustaz Mahlil, Direktur Yayasan Raudhatul Qurra' Aceh.

Sekitar 800 jama'ah tarawih terharu di Masjid Jamik Hasyim Yahya jalan Perak Pulau Pinang, ketika Miftahul Khairi yang menjadi pendamping saya mengimami sembahyang mereka semalam.


Bayangkan! Khairi mampu menciptakan perbedaan yang manis dengan mahirnya dia bisa membawa fariasi atau lagu yang berbeda-beda pada raka'at yang berbeda-beda. Lebih kurang 10 gaya lagu syekh Timur Tengah mampu dilantunkan dengan sempurna dalam 20 raka'at tarawih.

"Subhanallah! baru kali ini saye bertemu dengan budak yang pandai tarannum (berlagu) macam ni," kata salah satu jama'ah semalam memuji pelajar MUQ Aceh itu.

Di Surau Taman Pagar Buluh Sungai Ara Pulau Pinang, Hafiz asal Tanjung Balai yang menetap di Meulaboh, Ustaz Danil Prima didampingi oleh Tengku Qudri asal Bakongan Aceh Selatan, juga mampu membuat jama'ah Surau menangis terisak-isak.

Saat itu alumni Dayah Darussalam Labuhan Haji itu dengan meniru gaya Almarhum Abuya Nasir Waly waktu memimpin tarawih dan membaca doa. Panitia Surau langsung mengirimkan sms kepada saya dan mengucapkan kata terima kasih atas delegasi kita yang telah memberikan kepuasan kepada mereka dalam beribadah pada ramadan kali ini.

Sementara di kampung Permatang Pauh, tepatnya di depan Politeknik Seberang Perai Pulau Pinang, di sana ada Tengku Budiman alumni Dayah Lhok Nibong. Dia ditemani oleh hafiz asal Ujong Kalak Meulaboh yang ternyata tidak kalah hebatnya ketika memimpin tarawih kali ini.

Baru saja ramadan berlalu beberapa hari, panitia masjid itu terus menawarkan mereka untuk menjadi imam tetap sembahyang tarawih pada masa yang akan datang. Bahkan sambutan pelayanannya luar biasa, mereka diberikan tempat penginapan satu bulan penuh di hotel. Salah satu diantara mereka sudah diagendakan akan menjadi khatib untuk hari raya Idul Fitri nanti.

Masyarakat Aceh yang tinggal disanapun begitu terharu dengan hadirnya putra-putra Aceh di tengah-tengah mereka pada tahun ini. Tengku Zainuddin yang berasal dari Desa Alue Pangkat Tanah Luas, Aceh Utara pada tahun ini juga ikut nimbrung dalam aktivitas ramadan di Pulau Pinang seperti halnya beberapa tahun lalu. Padahal beliau baru saja dinobatkan sebagai geuchik di desanya baru-baru ini. Ditemani oleh Tengku Nasir (Asrel), salah satu guru dayah di Aron, mereka menjadi Imam terbang kesana kemari bagian semenanjung Malaysia itu.

Dalam perjalanannya saja mereka sudah dikenali sebagai imam tarawih saat diperiksa oleh bagian imigrasi. Pegawai imigrasi Bandara Pulau Pinang langsung menyapa mereka, "pernah jadi imam tarawih di Bukit Jambul ke?" sambil cengar cengir mereka mengatakan, "iya".

Itu hanya baru sederetan para imam dan hafiz asal Aceh yang datang melalui saya. Belum lagi yang datang melalui perantara pribadi seperti halnya Tengku Mulki asal Pidie dan melalui kawan-kawan saya seperti Tengku Mulyadi Jailani.

Begitu juga melalui orang-orang lain yang sudah menetap di Malaysia seperti Ustaz Marwan Al-Hafiz. Sedikitnya 4 atau 5 hafiz atau alim ulama selalu saja mereka datangkan untuk memenuhi permintaan warga setempat. Tugas mereka bukan hanya sebagai imam tarawih tetapi juga sebagai penceramah dan pemimpin qiyamullail.

Saya selalu berharap dalam doa, semoga kegiatan-kegiatan seperti ini akan terus berlanjut demi untuk membangkitkan kembali harga diri bangsa Aceh yang dari dulu memang sudah dikenali mahir dalam bidang keagamaan.

Apalagi di Malaysia memang cukup banyak peninggalan sejarah-sejarah tentang peranan aneuk nanggroe Aceh dalam menjalani dakwah dan aktif sebagai pedagang yang tergolong sukses. Alhamdulillah![] (bna)

Penulis adalah pendakwah bebas/mahasiswa Pasca Sarjana pada School of Humanities, University Science Malaysia.

- See more at: http://atjehpost.com/read/2013/07/16/59331/0/51/Imam-dan-Hafidz-asal-Aceh-pukau-warga-Malaysia#sthash.mXWHmR7t.sdVxkmca.dpuf
SHARE :
 
Top