Lamurionline.com--Jakarta, Selama setahun sekali umat muslim di seluruh dunia berbondong-bondong bertolak ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Bagi masyarakat muslim, ritual ini penting untuk melengkapi Rukun Islam. Yang mencengangkan, ternyata kebanyakan pesertanya adalah lansia.

"Proporsi kita hampir sama tiap tahun, yaitu sekitar 50 persen jamaah haji adalah berusia lanjut dan 20 persen memiliki penyakit kronis seperti hipertensi dan diabetes," kata dr. Fidiansyah, Sp.KJ,MPH, Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan RI.

Dalam acara jumpa pers yang digelar di gedung Kementerian Kesehatan, Jl HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta, Jumat (16/8/2013), Fidiansyah menjelaskan bahwa untuk mencegah kejadian memburuknya penyakit, para jamaah dihimbau agar lebih waspada sejak di Puskesemas.

Yang tak kalah penting, pembimbing ibadah haji juga diberi himbauan agar jamaah lansia dan pengidap penyakit kronis tidak melakukan ibadah sunnah. Pasalnya, para jamaah seringkali lebih taat kepada pemimbing ibadah daripada petugas kesehatan.

"Ibadah sunnah ini kan meletihkan. Kalau thawaf berulang-ulang, maka kondisi tubuhnya akan letih dan capai. Maka bagi jamaah yang usia lanjut dan kena penyakit kronis, kami himbau tidak diajak untuk ibadah sunah seperti orang sehat," ujar Fidiansyah.

Kekhawatiran ini bukan tanpa alasan. Sebab jika menilik dari data tahun-tahun sebelumnya, ternyata 70 jamaah haji yang meninggal di tanah suci adalah mereka yang usai menjalani ibadah antara Arafah dan Mina. Artinya, ibadah Arafah - Mina sangat memberi dampak yang membuat jamaah jadi mudah sakit.

Pada tahun 2012 lalu, ada sebanyak 452 jamaah haji asal Indonesia yang meninggal di tanah suci, sekitar 2 persen dari total jamaah haji asal Indonesia. Angka ini mengalami penurunan dari tahun sebelumnya dan diharapkan akan menurun lagi tahun ini.

"Kami juga himbau pembimbing ibadah untuk menunaikan anjuran Rosul yang memperkenankan untuk melakukan keringanan ibadah. Misalnya menjamak ibadah haji. Saat melempar jumroh kan 3 hari. Supaya tidak letih, itu sebenarnya bisa dijamak, cukup pas hari terakhir saja," terang Fidiansyah.

Fidiansyah juga menyarankan kepada jamaah yang berisiko tinggi untuk berfokus wukuf di Arafah tanggal 9 sampai 13 Dzulhijah saja. Selebihnya, ibadah dilakukan sebisanya saja dan tidak melakukan ibadah sunnah berkali-kali sehingga di puncak haji malah ambruk.

Misalnya untuk ibadah Thawaf yang diperkirakan akan sangat penuh sesak karena ada bagian masjid yang mau direnovasi. Ibadah ini sebenarnya bisa dijamak dan diwakilkan orang lain, sesuai anjuran Rasulullah.

Hal yang sama dilakukan oleh petugas haji dari pemerintah. Karena harus berjaga di pos dan rumah sakit, petugas baru bisa melempar jumroh ketika hari terakhir atau dijamak. Dengan cara ini, melempar jumroh dapat dilakukan dalam sehari. (Detik.com)
SHARE :
 
Top