Lamurionline.com-- P. Brandan- Tidak banyak pemuda Aceh yang masih paruh baya berani memberikan ide serta gagasan sekaligus mengorbankan diri terjun dan berkecimpung langsung dengan dunia seni pertunjukan Teater dan terjun langsung kepinggiran tak bertuah Aceh Besar. Daerah Aceh Besar merupakan sebuah kawasan perbukitan yang dikelilingi pegunungan bukit barisan serta di apit oleh dua puncak gunung Seulawah dan gunung Geurute. Ialah sosok pemuda polos yang telah mengabdi menjaga perteateran kawasan Indrapuri dan sekitarnya, ia pula telah melakukan terobosan penting didalam mengembangkan dunia teater Indonesia dari pinggiran Ibu Kota Provinsi Aceh.06/08/2013.
Mulai menyukai kesenian sejak di bangku Sekolah Dasar kemudian berlanjut menekuni pekerjaan menjadi anak panggung secara lebih aktif pada saat menempuh pendidikan di pondok pesantren Oemar Diyan Indrapuri. Sejak itulah api semangat kreatif anak muda paruh baya berperawakan arab gujarat ini sudah mulai tumbuh dan Mengenal seni akting. disanalah awal mula pemuda yang lahir 10 November 1985 dan dibesarkan di Indrapuri ini tertarik akan seni teater.
Bakat itupun mulai membakar pikiran T. Zulfajri atau lebih dikenal dengan sapaan Tejo yang mempunyai postur tubuh tinggi, kurus, tepos ini terus mencari dan mendalami arti teater yang sebenanya, ia mulai serius mendalami dunia akting ditahun 2003 dengan menyatakan diri bergabung dengan kelompok teater TRISUD. Pada tahun 2004 seiring bertambahnya umur dan usai menjalani pendidikan di Pesantren modern Oemar Diyan, Tejo pun kemudian resmi berstatus sebagai mahasiswa di perguruan tinggi (IAIN AR-Raniry). sejak saat itu ia lalu bergabung di UKM Teater Rongsokan. disitu ia Aktif dalam setiap sesi latihan teater dan segala proses kreatif yang diselanggarakan oleh Teater Rongsokan. hampir setiap workshop dan seminar tentang teater tak pernah dilewatinya. begitulah keahausan tejo dalam belajar dan menekuni teater.
Setelah menanti waktu beberapa lama, keinginannya untuk menyentuh arena panggung mulai terwujud. awalnya mulai dilibatkan dibagian belakang layar sebagai artistic panggung, kemudian ada di atas panggung setelah melewati tahap casting menjadi  aktor, hingga akhirnya dipercaya untuk menyutradarai beberapa garapan di group ini.
Tidak cukup disitu saja, di tempat lain ia juga bergabung di sebuah group teater independent yaitu teater MAE (Mustika Art Entertaiment), pimpinan Mustika Permana. disini ia berperan aktif dan membantu garapan teater yang di produksi oleh Teater MAE.
Disinilah segalanya ia rintis, Tahun 2009 dipercayakan sebagai sekjen di Seramoe Teater Aceh (STA) yang merupakan wadah terbesar forum teater di Aceh yang menghimpun lebih dari 62 kelompok dan Komunitas Teater Seluruh Aceh. melihat eksistensinya untuk teater di aceh, Pada  tahun 2012 lalu di jakarta, ia dilantik sebagai KORDA Aceh oleh Federasi Teater Indonesia (FTI) .
Berkat pengalaman dan pelajaran yang di peroleh dari teater, ia mencoba menggeluti wilyah event organizer. Pernah menjadi event manager di MATA organizer, selanjutnya juga bergabung di THE KRAK organizer, Famous organizer dan terlibat di beberapa event organizer lainnya. Selama itu sudah menangani berbagai event mulai dari event kecil sampai yang besar baik skala lokal, nasional dan internasional. Aktivitasnya menangani event dan expo masih ia jalani sampai sekarng.
kegiatan terkait yan pernah ia ikuti seperti workshop video documenter bersama lembaga Unesco PBB, workshop keatoran dan penyutradaraan di Surabaya, pelatihan tata artistic panggung di Jakarta, dan beberapa workshop kesenian lainnya. Sering juga di undang untuk menjadi pemateri workshop teater. Disamping itu juga pernah menjadi inisiator sejumlah acara dan lomba kesenian dan sastra di Banda Aceh. Beberapa garapan yang pernah terlibat diantaranya Pagi BeningLawan Catur, Prodo Imitatio, Penjara Tanpa Kunci, Bangkit Tersiksa, Harapan, Topeng-Topeng, Setan-Setan dan masih banyak beberapa naskah lainnya yang tidak diingat dengan jelas olehnya.
Selama ini ikut membimbing Unit Kegiatan Sekolah Teater Rangkang MAN Indrapuri. Ia memang memiliki semangat tinggi dalam membina kawan-kawan muda di kawasan Indrapuri dan sekitarnya, apa lagi menyangkut teater. Walau ia sendiri dan kawan-kawan tidak mendapat sokongan dari lembaga pemerintahan, namun semangat kemiskinan yang dimilikinya tidak pelak membuat ia patah rasa untuk mengembangkan seni teater. Malah semangat rasa ingin tahu dan cinta seninya pula yang membuat dia sering jatuh bangun.

"hidup dengan berteater itu sulit, tapi beri saya kesempatan untuk menghidupkan teater. tapi jangan tanya kapan". ungkapnya disalah satu forum diskusi. Spirit Leadership inilah yang sangat diperlukan Aceh agar nantinya Aceh bisa mensejajarkan diri dengan daerah lainnya dalam mengejar ketertinggalan didunia teater yang pada hakekatnya daerah lain telah lebih dulu dan kuat secara finacial dari segala sektor sehingga dalam memenuhi kebutuhan panggungnya mereka tinggal menggunakan alat property dan kebutuhan panggung sesuai dengan keperluan kebutuhan logistik produksi pertunjukan kesenian Teater.***WIG 
SUMBER : Aceharts,
SHARE :
 
Top