Oleh: Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 9 Syawal 1440


Gambar Ilustrasi
Saudaraku, muhasabah hari ini kita akan berusaha memeluk pesan syawal, yaitu upaya meningkatkan rasa bahagia. Merujuk pada hadis Rasulullah saw tentang kesenangan (baca kebahagiaan) yang dirasakan setiap berbuka puasa di bulan Ramadhan lalu dan bersambung enam syawal, kini kita meneruskan, bahkan berusaha meningkatkan rasa bahagia itu. Bagaimana kiatnya? Di antara kuncinya adalah mensyukuri yang ada.

Dalam praktiknya memang sering tidak mudah, sehingga definisi bahagia itu sangat personal, mempribadi, dan tidak ada standar material yang harus dimiliki. Karena sangat personal, maka kemudian definisi bahagia itupun menjadi sebanyak orang yang mendefinisikannya. 

Orang-orang yang sibuk bekerja melihat betapa senang dan bahagianya orang-orang yang santai-santai bisa liburan tak bekerja, dan memiliki banyak waktu luang untuk keluarga, bahkan pergi ke sana kemari ke mana saja sesuka hatinya Sebaliknya, orang-orang yang tidak ada kerja melihat betapa senang dan bahagianya seandainya bisa bekerja setiap hari, apalagi di kantor yang nyaman berAc, ada wifi gratis lagi, bisa menikmati fasilitas negara sesukanya, kendaraan dinas, rumah dinas, sandalpun dinas, minta dilayani bak permaisuri, pergi pagi pulang senja hari.

Para pramugari berpikir betapa bahagianya seandainya bisa jadi penumpang pesawat yang sejak beli tiket disambut ramah sampai mau naik dan duduk di kursi selama dalam pesawat dilayani dengan senang hati.  Sebaliknya penumpang pesawat dan orang-orang yang tak pernah bepergian dengan kapal terbang memperhatikan betapa bahagianya menjadi pilot atau pramugari dimana setiap hari bisa terbang ke berbagai-bagai negeri, tidurnya di hotel berbintang, diantarjemput dan dilayani serta incomenya relatif tinggi.

Para wanita karier membayangkan betapa sempurna kebahagiaan ibu-ibu rumah tangga yang bisa sepenuh hati mengurus keluarga baik suami maupun  anak-anak dan cucu buyutnya. Sebaliknya ibu rumah tangga ada yang melihat-lihat betapa enak dan bahagianya ibu-ibu yang berprofesi di sektor-sektor publik yang bisa gonta ganti kostum seragan, kadang batik, kadang kebaya, besuk korpri, ikut rapat sana sini, melakukan perjalanan dinas berhari-hari dan ...

Para dosen (DS) membayangkan betapa enaknya teman-teman seprofesinya yang sedang mengemban amanah sebagai dosen dengan tugas tambahan yakni pimpinan (DT) yang menerima tambahan penghasilan selain gaji relatif tinggi, kendaraannya plat merah meski sering disamarkan atau bahkan ditutupi, dan bisa rapat hari-hari. Sebaliknya dosen DT membayangkan betapa enaknya sebagai dosen DS yang tidak terikat dengan rapat-rapat yang jelas-jelas tidak ilmiah, sehingga lebih banyak punya waktu untuk belajar, membaca, menulis, meneliti dan mempersiapkan PBM dengan lebih baik, bersama keluargapun menjadi lebih leluasa.

Saudaraku, kalau pikiran dan hati dipenuhi bahwa "rumpun tetangga lebih hijau" seperti ragam ilustrasi di atas lalu bagaimana kita bisa bersyukur? Padahal bersyukur itu menjadi kunci bahagia. 

Nah kini, sebagai ilustrasi tambahan seperti kisah yang sudah lazim diposting dalam beragam media, setelah dimodifikasi senoga kita mengambil ibrahnya. Berikut rasa bahagia itu, judulnya resep 99. Mengapa 99, bukan saja bilangan asmaul husnaNya Allah, tetapi 9 merupakan angka paling tinggi di antara angka yang lain. Nah, seringkali manusia itu mencari yang belum jelas, lupa dengan banyak karunia 99 yang telah dalam genggaman. Gak percaya? Sekarang lihatlah telapak tangan kita! Tangan sebelah kiri tertera angka 81 dan sebelah kanan 18, coba kepalkan, niscaya 99 dalam genggaman kita.

Saudaraku, dikisahkan ada seorang raja yang sedang termenung melihat taman di depan istananya. Namun ia gelisah karena tak pernah merasakan ketenangan dan sulit sekali menemukan kebahagiaan. Kesehatannya mulai menurun karena ia mulai susah tidur karena banyaknya pikiran yang mengganggu. Padahal selama ini ia tidur di dalam kamar yang mewah dan menggunakan kasur yang empuk.

Di tengah lamunannya, sang raja melihat seorang abdi dalem yang berprofesi sebagai tukang kebun yang sedang bekerja sambil tertawa. Setiap hari ia datang dengan senyuman dan pulang dengan keceriaan. Padahal gajinya sangat pas-pasan dan rumahnya begitu sederhana. Tak pernah tampak kesedihan di wajahnya. Saat dia pulang keluarganya telah menunggu dengan hidangan makanan seadanya dan keluarga kecil ini pun makan dengan bahagia._

Raja pun heran melihat orang ini. Ia memanggil penasihat spiritualnya yang bijak dan bertanya: “Hai penasihatku, telah lama aku hidup di tengah kegelisahan, padahal aku memiliki segalanya.Tapi, aku sungguh heran melihat abdi dalem si tukang kebun itu. Tak pernah tampak kesedihan di wajahnya. Kadang-kadang ia tertidur di bawah rindangnya pohon, seperti tak ada beban dalam hidupnya; padahal ia tidak memiliki apa-apa!”

Si penasihat yg bijak tersenyum dan berkata, “Semuanya ditentukan dengan resep 99". Bila benar membaca resep ini, maka hidupnya akan bahagia, dan sebaliknya bila gagal paham ya menjadi gelisah dan tidak bisa tidur nyenyak.

Apa yang kau maksud dengan resep 99? Tanya Raja. Besok malam perintahkan prajurit untuk mengantarkan hadiah kepadanya. Sediakan satu kotak uang dan tulislah 100 dinar. Namun isi lah kotak itu dengan 99 dinar saja.

Raja pun menuruti saran dari penasihatnya. Ketika hari mulai gelap, prajurit mengetuk pintu rumah tukang kebun ini dengan membawa hadiah. Abdi dalem si tukang kebun membuka pintu rumahnya dan terkejut melihat prajurit membawa kotak hadiah. “Ini hadiah dari raja untukmu. kata si prajurit.

“Ya, sampaikan terima kasihku kepada raja.” jawab tukang kebun sambil kegirangan melihat kotak dengan bertuliskan 100 dinar. Belum pernah ia memiliki uang sebanyak itu. Dengan rasa syukur, ia segera membawa masuk kotak itu dan bersama istri yang setia menfaraidkan/ membagi-bagikan pada semua saudara dan tetangga. Lebihannya untuk persediaan belanja keluarganya, sehingga semuanya kebagian dan merasakan bahagia. Nah ini tipikal hamba yang bersyukur. Ia malah tidak tahu kalau isinya kurang 1 dinar. Dan yang ia tahu dalam kotak terdapat banyak dinar, makanya sangat disyukuri.

Namun, ketika hadiah itu diberikan pada orang yang tak tahu bersyukur sesiapapun dia, pasti kemudian menghutungnya, bahkan berulang-ulang. Apalagi jumlahnya tidak seperti yang tertulis. Anehnya, jumlah uang di dalam kotak itu hanya 99 dinar. Dia pun menghitung ulang lagi, ulang lagi.., tapi tetap jumlahnya 99. Dia yakin, pasti ada 1 uang yang jatuh. Dia pun mulai mencari-cari di sekitar pintu, tapi tak menemukan apa-apa. Akhirnya dia mencoba untuk menelusuri sepanjang jalan menuju istana. Semalaman ia mencari tapi tetap tidak menemukan apa-apa. Matahari mulai terbit, Raja beserta penasihatnya menanti tukang kebun ini. Tak berapa lama dia datang dengan wajah yang masam dan merengut. Dan Raja pun kaget dan bertanya pada penasihatnya, “Apa yang terjadi? Tak biasanya ia datang dengan wajah seperti ini! ...

Dari kejadian itu, lalu penasihat raja berkata "Duhai Baginda Raja, begitulah kehidupan. Kita memiliki banyak hal, namun masih mencari yang tidak kita miliki. Orang ini mendapatkan 99 dinar secara cuma-cuma, namun ia sibuk mencari 1 dinar yang hilang, maka muncullah kegelisahan di hati, karena ia sibuk mencari sesuatu yang tidak dimiliki, sementara ia tidak mensyukuri 99 yang ada dalam genggamannya.

Akhirnya sang Raja pun terhenyak dan sadar akan kesalahannya selama ini yang tidak mensyukuri karunia yang ada.

Ketika berhasil mensyukuri yang ada sehingga merasa bahagia, maka sudah selayaknya kita mensyukurinya baik dengan hati, lisan maupun perbuatan nyata.

Pertama, mensyukurinya dengan hati yakni meyakini bahwa rasa bahagia tersedia nyata bagi yang mensyukuri karuniaNya.

Kedua, mensyukurinya dengan lisan seraya memperbanyak melafalkan alhamdulillahi rabbil 'alamin. Semoga Allah menganugrahi kita hati yang pandai bersyukur.

Ketiga, mensyukurinya dengan perbuatan nyata, yaitu berusaha membelanjakan dan memanfaatkan segala karuniaNya hanya pada jalan yang diridhai oleh Allah ta'ala saja.
SHARE :
 
Top