Oleh Sri Suyanta Harsa 

sumber ilustrasi: pesantrennuris.net
Muhasabah 12 Syawal 1441
Saudaraku, sebagai tuntutan kemanusiaan, tuntunan kemuliaan dan tatanan peradaban, maka silaturahim dan silaturahmi sarat nilai edukatif. Di samping mempererat persaudaraan dan memperpanjang umur, silaturahim juga menjadi instrumen untuk terbukanya peluang bagi kelapangan rezeki. Dan inilah yang menjadi tema muhasabah hari ini yang didekati secara intuitif yang mengedepankan iman di hati dan hikmah dengan mengedepanjan akal budi.

Dalam konteks kelapangan rezeki bagi orang-orang yang istiqomah menjalin silaturahim dapat langsung dirujuk pada riwayat dari Anas bin Malik ra berkata: bahwa Rasulullah saw. bersabda: ”Bagi siapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menjalin hubungan silaturrahim.” (HR. Muttafaq Alaih).

Pertama, pendekatan intuitif. Bagaimana silaturahim dapat menjamin adanya kelapangan rezeki? Tentu, sebagai orang beriman, pertama dan utama sekali, kita menggunakan pendekatan intuitif dengan mengedepankan keyakinan yang bermuara di hati sanubari. Mengapa? Ya, karena normativitas Islam dalam hal ini hadits Nabi menjanjikan hal demikian. 

Kita meyakini bahwa apapun yang difirmankan oleh Allah dalam kitab suci al-Qur'an dan apapun yang disabdakan oleh Rasulullah Nabi Muhammad saw dalam haditsnya adalah kebenaran. Ini menjadi inti. Dengan iman, maka akan aman. Jadi sesiapa yang menginginkan kelapangan rezeki, di antaranya dengan menjalin silaturahim dan memeliharanya. 

Kedua, pendekatan hikmah. Nah, sekarang kita akan mencoba dengan pendekatan yang mengedepankan hikmah dengan memaksimalkan akal budi yang ada. Tapi ini sangat subyektif.

Sebagaimana telah dimaklumi bahwa silaturahim lazimnya menyertakan setidaknya dua orang atau dua keluarga atau dua pihak atau bahkan lebih. Semakin banyak dan luas jangkauan silaturahimnya, maka akan semakin memudahkan yang bersangkutan dalam menjalani hidup dan kehidupannya.

Coba bayangkan bila kita memiliki banyak saudara baik saudara kandung, saudara seiman, saudara sekantor, maupun saudara sebangsa setanah air yang tersambung silaturahimnya dengan baik, padahal mereka berada di daerah atau wilayah atau bahkan egara yang berbeda-beda, maka ke manapun kaki melangkah, di manapun berada dan kapanpun ada saja yang menunggu dan membantu kita. Bukankah ini kelapangan rezeki yang Allah anugrahkan kepada kita?

Coba bayangkan bila kita punya saudara yang silaturahimnya terjalin dengan baik, padahal mereka berada dalam posisi, jabatan dan pekerjaan yang beragam; ada yang menjadi pejabat pemerintah, ada dokter, ada tentara, ada polisi, ada hakim, ada dosen atau guru, ada pegawai bandara, ada pedagang, ada petani, ada nelayan dan seterusnya, wah walhasil dalam kondisi apapun kita juga mudah memperoleh alamat yang tepat untuk meminta pertolongan, atau bahkan pertolongan datang sendiri sehingga segala urusan kita dimudahkan oleh Allah. Bukankah semua ini juga merupakan kelapangan rezeki yang Allah sediakan lantaran silaturahim antar saudara? 

Belum lagi saat bersilaturahim, kita pasti memperoleh santapan jasmani dan ruhami seperti pengalaman, keteladanan, pendidikan dan pendewasaan. Bukankah semua ini juga merupakan kelapangan rezeki yang Allah sediakan lantaran silaturahim antar saudara? Allahu a'lam bi al-Shawwab
SHARE :
 
Top