Oleh: Juariah Anzib, S.Ag

Penulis Buku Menjadi Guru Profesional

Mari sejenak kita mengikuti  kisah perjalanan penuh keharuan dan kebanggaan sebagai seorang wanita. Ternyata peran wanita tak kalah pentingnya dengan kaum  lelaki, bahkan lebih hebat. Kisah mulia seorang mujahidah yang berani beraksi dalam peperangan demi membela agama Allah dan Rasul-Nya. Turun ke medan pertempuran tak ubahnya seperti kaum lelaki. 

Banyak wanita yang ikut berjihad di masa Rasulullah. Membantu para mujtahid memberikan minuman dan mengobati luka para korban, namun berbeda dengan wanita yang satu ini. Perempuan luar biasa yang ikut berperang bersama Rasulullah saw di beberapa peperangan. Ia ikut mengangkat senjata menebas musuh bagaikan ular meliuk-liuk memangsa musuhnya, menerkam dan menerjang. Ia berjuang di beberapa peristiwa bersama Rasulullah saw, yaitu Baitul Aqabah, perang Uhud, perang Khaibar, Umrah qadha, Perjanjian Hudaibiyah, Penaklukan Mekah dan perang Hunain. Ia juga ikut serta dalam pemberantasan orang-orang murtad dan nabi palsu Musailamah Al-Kadzdzab beserta pengikutnya. Dia merupakan pejuang wanita pertama dalam sejarah peperangan Islam. 

Dalam bukunya Biografi 35 Shahabiyah Nabi Saw, Syaikh Mahmud Al-Mishri menuturkan bahwa 

Wanita luar biasa ini adalah Ummu Umarah Nasibah binti Ka'ab bin Amr bin Auf bin Mabdzul. Seorang wanita mulia, mujahidah, Al-Anshariyah, Al-Khajrajiyah, An-Najjariyah, Al-Maziniyah, Al-Madaniyah. Suami pertamanya Zaid bin Ashim Al- Mazini An-Najjari, lalu melahirkan Abdullah dan Hubaid. Setelah Zaid meninggal, ia dinikahi Ghaziyah bin Amr Al-Mazini An-Najjari, kemudian melahirkan Khaulah. Sebuah keluarga yang mempunyai kedudukan besar dalam perkembangan Islam.

Kita kenal sekilas tentang perempuan suci dan mulia ini. Ia memiliki banyak  kelebihan dan kebaikan dari berbagai sudut kehidupan. Ummu Umarah seorang istri shalihah yang setia kepada suaminya. Ia juga seorang ibu yang penyayang kepada anak-anaknya. Ummu Umarah seorang ahli ibadah yang selalu menebar dakwah dimanapun ia berada. Seorang mujahidah terhebat yang telah berbai'at menjadi pelindung Rasulullah saw sampai mati. 

Syaikh Mahmud menyatakan, dikarenakan mengalami kekalahan dalam perang Badar, kaum Quraisy selalu saja menebarkan kedengkian terhadap Islam. Mereka ingin menuntut balas dan dendam kesumat  karena kekalahan yang dialami. Mereka mempersiapkan kekuatan personil dengan jumlah lebih dari tiga ribu orang. Mengetahui hal tersebut, pasukan Islam juga mempersiapkan pasukannya  untuk berperang demi kehormatan dan harga diri. Selaku umat yang tidak pernah mencari musuh namun pantang lari jika dikejar musuh. Semangat jihad tidak hanya timbul dari kaum lelaki saja, akan tetapi juga dari kaum wanita yang ingin ikut berjihad di jalan Allah. 

Perang kali ini terjadi di sebuah bukit bernama Uhud. Kaum muslimin bergerak menuju Uhud, mendirikan tenda-tenda di sekitar perbukitan, tepatnya Udwatul Wadi. Rasulullah saw sendiri yang mengatur siasat perang, dengan memposisikan gunung Uhud di belakang mereka. Beliau membagikan pasukan dengan posisi pemanah yang berjumlah lima puluh orang berada di atas bukit Uhud. Mereka dipimpin oleh Abdullah bin Jubair. Rasulullah saw menginstruksikan "Lindungi kami dengan panah, agar musuh tidah menyerang kami dari belakang. Tetaplah berada di posisi kalian, baik ketika kami unggul ataupun terdesak, supaya kami tidak diserang dari arahmu." Rasulullah telah memastikan pasukan pemanah memegang instruksi beliau. Rasulullah juga menginstruksikan pasukan depan agar tidak melancarkan serangan sebelum ada perintah dari beliau. 

Dalam peperangan tersebut, tidak ketinggalan keluarga beriman yang terdiri dari Ummu Umarah dan suami  serta anak-anaknya. Mereka semua sehati berjihat di jalan Allah. Pada awalnya Ummu Umarah sebagai seorang wanita hanya berperan memberi minuman kepada pasukan dan mengobati orang-orang yang terluka. Namun tiba-tiba  pasukan Islam terdesak. Situasi ini menuntutnya untuk maju menyerang kaum musyrikin. Ketika itu ia bagiakan seorang ksatria, menjadi pembela Rasulullah tanpa mengenal takut. Keadaan ini terjadi disebabkan para pasukan Islam melarikan diri karena  ketakutan. Situasi semakin tersesak. Dengan sigap secepat kilat Ummu Umarah mengambil pedang dan perisai lalu berdiri di samping Rasulullah. Ia menjadikan dirinya sebagai perisai hidup untuk Rasulullah saw. 

Dipeperang ini, pada awalnya kemenangan berada di pihak kaum muslimin. Namun  disebabkan mereka tergiur dengan mengumpulka harta rampasan perang. Situasi  tersebut menjadi peluang besar bagi musuh untuk kembali mengobrak abrik pasukan Islam. Pasukan pemanah yang ditugaskan melindungi dari atas Uhud ikut turun. Yang lain juga meninggalkan pos-pos mereka. Kesempatan ini digunakan kaum Musyrikin untuk menyerang dari belakang, hingga mereka berhasil membunuh ratusan kaum muslimin yang pada umunya para penghafal Al Quran. Setelah itu mereka mencari Rasulullah untuk dibunuh. Disanalah tergilintir beberapa sahabat Rasulullah yang berkumpul untuk melindunginya. Termasuk Ummu Umarah, satu-satunya mujahidah wanita yang pemberani melawan pasukan lelaki.

Dalam suatu riwayat dari Umarah bin Ghaziyah menyatakan. Disaat kaum muslimin berlarian meninggalkan Rasulullah saw, hanya beberapa orang saja yang tertinggal, tak lebih dari sepuluh orang. Ummu Umarah berkata, "aku bersama suamiku dan anak-anakku menghampiri Rasulullah saw. Kami mengelilinginya untuk memberi perlindungan kepadanya. Layaknya gelang dipergelangan tangan, sebisa mungkin kami membela Rasulullah saw dengan kekuatan dan senjata seadanya. Rasullah saw melihatku membawa perisai untuk melindunginya dari pasukan musyrik".

Dalam situasi yang menyulitkan itu, muncullah seorang pasukan penunggang kuda. Lalu ia menghampiri dan  menyerangku. Dengan secepat kilat, aku menebas tangkai kaki kudanya hingga ia terjatuh dari atas kudanya. Lantas Rasulullah berteriak, "Wahai ibnu Ummu Umarah, Bantu ibumu! Bantu ibumu!" Anakku kemudian membantuku dan menyerang penunggang kuda hingga aku berhasil membunuhnya dan mati terkapar.

Diriwayatkan dari Abdullah bin Zaid, ia berkata. Saat itu aku mendapat luka dan darah terus mengalir. Lalu Rasulullah saw berkata, "Perbankan lukamu." Lalu ibuku (Ummu Umarah) datang membawa kain perban dipinggangnya. Ia kemudian memerbankan lukaku sementara nabi berdiri. Ibuku berkata, bangkitlah nak! Serang musuh dengan pedangmu! Rasulullah saw berkata, "Siapa yang mampu beraksi sepertimu wahai Ummu Umarah?

Lalu Ummu Umarah bertanya kepada Rasulullah, 'mana lelaki yang menebas lengan anakku?' Rasulullah memberi tahu, "Itulah dia  yang menebas lengan anakmu." Aku langsung menghadang lelaki itu, lalu ku sabet kakinya dengan pedang hingga ia terjatuh dan tersungkur ke tanah. Rasulullah menoleh ke arahku dengan senyum mengembang dan berkata, "Kau telah menuntut balas padanya wahai Ummu Umarah." Kami menghampiri lelaki musyrik itu terus menyabetkan pedang kearahnya hingga tewas.

Diriwayatkan dari Harits bin Abdullah bahwa ia mendengarkan Abdullah bin Zaid Asham menuturkan, aku turut serta dalam perang Uhud bersama Rasulullah saw. Dikala semua orang berlarian dan meninggalkan Rasulullah, aku bersama ibuku mendekat untuk memberi perlindungan kepada beliau. Saat itu Rasulullah bertanya, apakah engkau anak Ummu Umarah? Ya, sahutku. "Melemparlah," perintah beliau. Kemudian aku melempar ke arah pasukan musyrikin dihadapan beliau. 

Batu yang aku lemparkan mengenai mata kuda salah seorang musyrikin hingga kudanya hilang kendali. Kemudian musyrik itupun jatuh ke tanah. Aku terus melemparinya hingga batu-batu menumpuk diatas tubuhnya. Rasulullah saw  melihatku sambil tersenyum. Kemudian menoleh dan.melihat luka pada pundak ibuku yang mengeluarkan banyak darah.  Beliau berkata, "Ibumu! Ibumu!, perbankan dia." Setelah itu beliau berdoa, "Ya Allah, jadikanlah mereka sebagai pendampingku di syurga." Mendengar doa tersebut, Ummu Umarah tidak perduli apapun musibah yang menimpanya. Karena doa Rasulullah diatas segalanya. 

Ketika pulang dari perang Uhud, Ummu Umarah membawakan banyak luka di tubuhnya. Dan yang paling parah luka dipundaknya. Namun hal tersebut tidak membuatnya lemah. Bahkan semakin bersemangat. Satu tahun lamanya Ummu Umarah merawat lukanya. Ia tetap melanjutkan jihad di jalan Allah. Ketika Rasulullah saw menggerakkan pasukannya untuk memerangi Bani Quraizhah, ia juga turut serta. Luka yang dialami dalam perang Uhud tidak melemahkan tekatnya sama sekali. Keimanan dalam dirinya yang menjadikan sumber kekuatan bagi Ummu Umarah. Demikian menurut Syaikh Mahmud Al-Mishri. Semog Allah memberkahinya.

SHARE :

0 facebook:

Post a Comment

 
Top