Oleh: Juariah Anzib, S.Ag

Penulis Buku Menjadi Guru Profesional



Jika diperhatikan, siapapun orang yang dekat dengan Rasulullah, pasti akan mendapatkan kemuliaan dan keberkahan. Tanpa adanya perbedaan diantara mereka. Bahkan termasuk kita selaku  umatnya. Allah akan memberikan kemuliaan dan keberkahan didunia dan akhirat kelak dengan memperbanyak shalawat. Bershalawat kepada nabi saw merupakan wujud cinta rasul. Allah pasti akan memberikan syafaat kepada mereka di hari kiamat nanti. Apalagi bagi mereka yang terlibat langsung dengan pribadi Rasulullah saw di masa hidupnya. 

Banyak orang yang terlibat dalam kehidupan baginda Rasulullah saw. Mulai dari kedua orang tuanya, ahli bait, kerabat, pengasuh, penyusu, pelindung dan para sahabat maupun shahabiyah. Mereka semua orang-orang yang dicintai Rasulullah saw. Siapa yang dicintai Rasulullah berati dia juga dicintai Allah. Orang-orang yang dicintai Allah dan Rasul-Nya, maka di akhirat nanti tempatnya tidak lain hanyalah syurga yang indah.

Mari kita mengenal sejenak salah seorang shahabiyah Rasulullah yang sangat berpengaruh dalam kehidupan pribadi beliau.  Seseorang yang mendapatkan tempat mulia  di sisi Allah Swt sebagai pengasuh Rasulullah saw.yang disebut sebagai ibu kedua baginya. Dialah Ummu Aiman, seorang pelayan Aminah binti Wahab yang sangat setia disepanjang perjalanan hidupnya. Sehingga disaat Aminah wafat, dialah yang menggantikan posisi dan  mengambil alih menjadi orang tua bagi putra tercinta Aminah, Muhammad bin Abdullah. Meskipun Muhammad  tinggal bersama.kakeknya Abdul Muthalib, namun Ummu Aiman tetap berperan sebagai ibu asuh pengganti ibu kandungnya. 

Menurut Syaikh Mahmud Al-Mishri dalam bukunya Biografi 35 Shahabiyah Nabi Saw, Ummu Aiman mengetahui nubuwah Rasulullah secara keseluruhan. Bahkan dia mengenal persis pribadi Rasulullah saw sejak dari kecil. Karena dia selalu bersama-sama Aminah yang ikut terlibat langsung dalam membesarkan Muhammad hingga Aminah wafat. Sepeninggal Aminah, Muhammad berpindah tangan kepada kakeknya, namun tetap dibawah asuhan Ummu Aiman. 

Dua tahun kemudian, Abdul Muthalib meninggal dunia. Muhammad berpindah tangan kepada pamannya Abu Thalib sesuai yang  diwasiatkannya. Namun tetap saja Ummu Aiman menjadi ibu asuhnya bagi Muhammad. Bersama-sama dengan Fatimah binti Asad, intri Abu Thalib mengasuh nabi saw. Rasulullah saw  tumbuh besar dalam.kasih sayang Fatmah dan Ummu Aiman. Mereka memperlakukan Rasulullah bagaikan anak kandungnya  sendiri. Setelah menikahi Khadijah, Rasulillah saw  memerdekakan Ummu Aiman. Lalu Ummu Aiman dinikahi oleh Ubaid bin Harits Al-Khajraji, maka lahirlah Aiman. Ketika dewasa, Aiman ikut berjihad bersama Rasulullah dan syahid dalam perang Hunain. 

Ummu Aiman tergolong para wanita yang lebih dulu masuk Islam. Namun sayang, sang suami enggan masuk agama Allah ini, sehingga mereka harus berpisah. Akan tetapi Ummu Aiman hidup bahagia oleh dunia Islam dengan seluruh kesenangan fana didalamnya. Allah memberi hidayah kepada siapa yang dikehendaki dan menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya pula. 

Dengan kemuliaannya, ternyata Allah Swt telah menyiapkan seorang laki-laki.shalih yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.  Dialah Zaid bin Haritsh, seorang budak Khadijah yang dimerdekakan oleh  Rasulullah setelah Rasulullah menikahi Khadijah. Kemudian Rasulullah menikahkan Zaid dengan Ummu Aiman sehingga lahirnya Usamah bin Zaid. Rasulullah mencintai Usamah, hingga para sahabat menyebutnya sebagai anak kesayangan dari putra orang kesayangan.  Kerena Rasulullah juga mencintai keluarga ini dengan kedudukannya yang besar. Beliau mencintai keturunan Ummu Aiman, baik yang sempat beliau lihat maupun yang tidak sempat. Demikian tutur Syaikh Mahmud Al-Mishri.

Ummu Aiman seorang perempuan hebat dan pemberani. Ia ikut berjihad bersama Rasulullah saw dalam beberapa peperangan. Seperti perang Uhud, perang Khaibar, perang Mu'tah dan perang Hunain. Ummu Aiman pergi bersama sejumlah perempuan untuk mengobati korban yang terluka dan memberi makan dan minum para mujahidin yang kehausan dan kelaparan. Meskipun memiliki keterbatasan dalam berjihad, namun tenaga yang disumbangakan Ummu Aiman sangat membantu para mujahidin untuk menguatkan barisan peperangan. Bahkan dia ikhlas dan sabar ketika mendengar berita anaknya Aiman syahid dalam perang Hunain. 

Ummu Aiman memiliki tempat istimewa di hati Rasulullah saw. Beliau memperlakukannya bagaikan ibu kandungnya sendiri. Ummu Aiman selalu menumpahkan kasih sayangnya dengan tulus  kepada Rasulullah saw. Ia merasa senang jika melihat Rasulullah senang dan bahagia. Demikian sebaliknya, ia merasa sedih jika melihat Rasulullah bersedih. Ikatan batin yang kuat diantara mereka sebagai bukti tulusnya cinta kasih keduanya bagaikan ibu dan anak kandung.  

Di saat Rasulullah saw  wafat, Ummu Aiman bermandikan air mata kesedihan. Hatinya seakan remuk dan terkoyak. Pita memori ketika bersama Rasulullah kembali berputar di pelupuk matanya. Ia mengenang kembali sejak Rasulullah kecil, lalu menjadi remaja hingga dewasa dan  menikah sampai diangkat menjadi Rasul. Kini ia harus melepaskan semuanya dengan duka dan kesedihan. Setelah menjalani kehidupan dan berumur panjang, akhirnya Ummu Aiman berpulang keharibaan Sang Pencipta untuk bertemu dengan Rasulullah di Syurga Firdausi.

Begitulah sekelumit kisah indah yang mengharukan. Harumnya bak semerbak kasturi dari syurga. Seorang budak yang mendapat keberkahan dan kemuliaan berkat Rasulullah saw. Bahkan lebih terhormat dari orang yang terhormat. Semoga Allah meridhainya dalam limpahan kasih sayang-Nya.

SHARE :

0 facebook:

Post a Comment

 
Top