Oleh:  H. Akhyar Mohd. Ali, M.Ag

Jamaah Haji Kloter 01 BTJ  Warga Meunasah Papeun, Aceh Besar


Puncak pelaksanaan ibadah haji telah selesai yang ditandai dengan wukuf di Arafah pada 9 Zulhijjah. Jamaah haji kembali ke Makkah untuk menyelesaikan rukun haji selanjutnya, yaitu thawaf ifadhah, sa’i dan tahalul. 

Jamaah haji gelombang pertama telah bersiap-siap kembali ke tanah air. Sementara gelombang kedua menuju kota Nabi Madinah Al Munawarah. Bekal bungong jaroe (cendra hati) telah pula dipersiapkan untuk sanak saudara. Jamaah juga memahami, oleh-oleh yang paling berharga sepulang dari tanah suci adalah haji mabrur. 

Pesan haji terakumulasi pada wukuf di Arafah 9 Zulhijjah. Wukuf artinya berhenti, berasal dari bahasa Arab. Wukuf di Arafah memberi makna fisik, kita berhenti di Arafah dan pada hakikatnya jiwa kita menuju Allah Swt.  Hal ini melambangkan bahwa di padang mahsyar kelak manusia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang diperbuat selama hidup di atas dunia. 

Seharusnya manusia benar-benar insaf, karena betapa kecil dan kerdilnya kita dan betapa agungnya Allah Swt. Kemudian, semua manusia berkedudukan sama di sisi Allah, berpakaian putih-putih, berdoa, bersimpuh, meratap tangisan di hadapan Allah Rabbul Jalalah. 

Haji Akbar

Kerajaan Saudi Arabia mengumumkan bahwa 9 Zulhijjah 1443 H bertepatan 8 Juli jatuh pada hari Jum'at. Ini artinya haji tahun ini adalah haji akbar, haji agung atau haji yang istimewa, karena bertepatan pada sayyidul ayyam (penghulu hari), hari Jumat. 

Para ulama menyebutkan, keistimewaan haji akbar diantaranya ulama syafi'iyah menyebutkan, bila wukuf di Arafah jatuh pada hari Jumat, maka seluruh yang hadir di Arafah mendapat ampunan dari Allah SWT tanpa perantara, tapi bila wukuf jatuh selain hari Jumat keampunan didapat tidak otomatis, tapi harus melalui orang yang baik, yang diterima hajinya baru mendapat keampunan. 

Ulama hanafiah menjelaskan, bila wukuf di Arafah jatuh pada hari Jumat, itu haji akbar dan ganjaran pahala yang diterima tamu Allah sama dengan berhaji sebanyak 70 kali. Subhanallah. Berhaji 70 kali pasti mustahil kita dapati. 

Perubahan sikap menyeluruh jamaah haji ditunggu dan dinantikan masyarakat Indonesia, karena salah satu ciri haji mabrur adalah tidak hanya saleh atau taat dirinya saja, tapi muslih (saleh juga untuk orang lain), bermanfaat bagi umat. Selamat kembali ke tanah dhuyufullah dan dhuyufurrahman.  (Editor: smh)

SHARE :

0 facebook:

Post a Comment

 
Top