Sekretaris DPKA, Zulkifli SPd, MPd dalam sambutannya mengatakan, para pegiat literasi Aceh harus gencar mensosialisasikan kegiatan literasi dan mengajak masyarakat mengunjungi perpustakaan wilayah Aceh, yang kini konsepnya lebih bagus. Perpustakaan bisa dijadikan seperti tempat rekreasi bagi keluarga dengan rak-rak buku yang atraktif.
“Sebutan untuk perpustakaan saat ini adalah mal baca, karena dilengkapi dengan pelayanan yang menyenangkan. Perpustakaan bukan sekadar berisi rak-rak buku yang berjejer lurus, tetapi didesain secara menarik dan menjadi tempat membaca dan bersantai yang nyaman,” ujarnya.
Selain itu, tambahnya, DPKA rutin mengadakan sayembara menulis untuk mengakomodir karya-karya penulis Aceh. Kegiatan positif seperti seminar yang diadakan FLP layak dipromosikan lebih gencar, agar lebih banyak orang Aceh yang gemar menulis.
Sementara itu, Ketua FLP Aceh, Syarifah Aini, mengatakan, seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan mental, antusiasme calon peserta dalam seminar writing healing therapy ini cukup tinggi, tetapi seminar kali ini dibatasi 35 peserta.
Syarifah Aini mengungkapkan, para pegiat di FLP siap bersinergi dengan pemangku kebijakan dan komunitas lainnya dalam meningkatkan literasi di Aceh. FLP merupakan organisasi kepenulisan terbesar di Indonesia, yang di Aceh telah berdiri sejak 11 Maret 2001, hingga saat ini memiliki empat cabang, yaitu Banda Aceh, Sigli, Takengon, dan Bener Meriah.
Aida Maslamah dalam paparannya menjelaskan, banyak faktor yang memengaruhi kesehatan mental individu, baik faktor dari luar maupun dari diri sendiri. Kesehatan mental seseorang akan berdampak banyak pada kegiatan sehari-hari dan produktivitas seseorang. “Seseorang dengan kesehatan mental yang terganggu akan cenderung kurang produktif dibandingkan dengan yang tidak,” katanya.
Menurut dia, writing healing therapy merupakan terapi yang sudah lama dipakai dan dikembangkan di New South Wales oleh K Beike sebagai upaya penyembuhan diri, yang dianggap mampu memperbaiki karakter dan psikis seseorang jika dilakukan dalam jangka waktu panjang.
Aida menguraikan, jika tidak ada satu pun orang yang mencintai kita, maka diri kitalah yang wajib mencintai diri sendiri. Memaafkan dan merelakan hal-hal di luar kuasa kita. Memaafkan itu tidak ada tenggat (deadline), jika kita tidak ingin memaafkan sekarang, mungkin nanti ketika diri kita benar-benar siap.
"Perasaan saya ikut seminar ini cukup bahagia. Tidak menyangka acaranya membahas sedalam itu dan saya suka konsep alam bawah sadar dan itu sangat mengena bagi saya. Saya sampai menangis di salah satu sesi, benar-benar healing dan seperti selesai berobat setelah seminar tadi," kata Maghfirah, salah satu peserta seminar. (Sayed M. Husen)
0 facebook:
Post a Comment