Pementasan Teater Kontemporer di Taman Budaya  Aceh

Pementasan Teater Namophobia
Beberapa waktu yang lalu tepatnya pada Jumat (16/12) malam di Gedung Pertunjukan Seni Budaya Banda Aceh, Komunitas Seni Tanda Tanya (KSTT) ISBI Aceh mementaskan sebuah pementasan teater yang berjudul NOMOPHOBIA. 

Pementasan tersebut disutradarai oleh Fani Dilasari, salah satu dosen pengampu di Prodi Teater di Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Aceh.

Nomophobia (No Mobile Phone Phobia) merupakan rasa ketakutan yang terjadi pada seseorang jika satu detik saja tidak memegang smartphone maka dia akan stress, seperti halnya pecandu narkoba, mereka yang terkena penyakit ini tidak dapat terlepas dari gadget dengan mudah. Mereka akan merasa cemas, khawatir, bingung jika mereka sedetik saja tidak memegang gadget mereka. Mereka bahkan bias sampai mudah marah jika dilarang untuk menggunakan smartphone.

Pementasan Teater dengan judul Nomophobia merupakan pementasan Teater Kontemporer pertama yang diproduksi oleh teater ISBI Aceh. 

Pertunjukan nomophobia ini menceritakan tentang bagaimana manusia diperbudak oleh gadget tanpa mengenal usia, jabatan, maupun status sosial, dimana di sini memperlihatkan kepada penonton bagaimana gadget memperbudak manusia mulai dari yang muda sampai yang tua, para eksekutif sampai petani.

Di sini juga diperlihatkan bagaimana kelatahan manusia terhadap smartphone, manusia membawa martphone di setiap kegiatan yang dilakukannya, bahkan sampai gadget menjauhkan manusia dari lingkungan sosialnya.

Garapan nomophobia diangkat dari semangat tradisi Aceh dan juga Minang dimana motif-motif tradisi tersebut dikembangkan kembali menjadi motif pembaruan, adapun maksud dari perkembangan itu sendiri, sutradara ingin menghadirkan bahwa apapun yang dilakukan oleh manusia pada saat ini semuanya terhubung dengan gadget. 

Seperti dimisalkan dahulu, pada umumnya orang setiap melakukan ibadah 5 waktu diakhiri dengan doa dan shalawatan, akan tetapi pada saat ini mereka mengakhiri ibadah 5 waktu mereka dengan berselfie menggunakan gadget, menghadiri kemalangan hanya untuk kebutuhan gadget.

Di Aceh sendiri sangat jarang bahkan bisa dikatakan hamper tidak ada garapan teater kontemporer, Nomophobia menjadi pertunjukan perdana teater kontemporer dari komunitas ini.

Pertunjukan ini sendiri menjadi ruang apresiasi bagi masyarakat umum dan peminat mau pun penikmat teater. (Nana Saftirana)
SHARE :
 
Top